REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Produsen nata de coco di Kabupaten Ciamis kebanjiran pesanan saat bulan Ramadhan. Salah satunya Ujang Kusman (45 tahun) yang menerima lonjakan pesanan dari sejak sebulan lalu. Bahkan permintaan nata de coco mencapai 20 ton setiap pekan.
Ujang menyebut biasanya pesanan hanya sepuluh ton per pekan. Namun, saat Ramadhan, terjadi kenaikan dua kali lipat. Menurut dia, konsumennya merupakan salah satu perusahaan besar di industri makanan cepat saji.
Menurutnya, dengan meningkatkanya permintaan tak sebanding dengan bahan baku yang ada. Untuk satu ton nata de coco, setidaknya ia butuh seribu liter air kelapa.
"Bahan baku yang dibutuhkan meningkat, dari 10 ribu liter air kelapa menjadi 20 ribu liter. Tapi kesulitan saya dari permintaan itu keteteran bahan baku air kelapa, hingga harus mencari ke Kabupaten Cirebon,” katanya, Rabu (31/5).
Ia pun mengaku kewalahan guna memenuhi permintaan yang belakangan terus meningkat. Menurutnya, kelangkaan bahan baku juga lantaran terdapat banyak produsen nata de coco di Priangan Timur. Sehingga para pelaku usaha saling bersaing memperoleh bahan baku.
"Pabrik nata de coco di Ciamis, Banjar, dan Pangandaran cukup banyak. Jumlahnya kira-kira 90 pabrik jadi persaingan untuk mendapatkan bahan baku semakin ketat. Makanya guna memenuhi permintaan, harus ekstra mencari air kelapa di luar Ciamis,” ujar pria yang sudah memproduksi nata de coco selama 20 tahun itu.
Ia menyebut tingginya permintaan nata de coco menjelang Ramadhan karena banyak yang memanfaatkannya untuk membuat manisan dan dijual kembali ke pasar. Ia meyakini tingginya permintaan juga lantaran kualitas nata de coco asal Ciamis terbilang tinggi.
“Nata de coco dari Ciamis itu cukup baik kualitasnya se-Jawa Barat. Makanya banyak yang minta dari Ciamis,” ucapnya.