REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat heran dengan pernyataan Polda Metro Jaya yang mengizinkan sahur on the road. Padahal, sebelumnya Wakapolda Metro Jaya, Suntana bertemu dengannya dan sepakat melarang kegiatan ini dan mengarahkan agar warga beralih menjadi sahur on the mosque.
"Wakapolda yang ketemu saya, dia yang melarang dan meminta penguatan dari Pemprov dan otomatis kami setuju. Karena ternyata sahur on the road banyak disalahgunakan oleh mereka yang gak sahur sebetulnya," ungkap Djarot di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (31/5).
Bahkan, sambung Djarot, jatuhnya satu korban meninggal di Prumpung, Jakarta Timur menjadi bukti tidak bermanfaatnya kegiatan sahur on the road lantaran menjatuhkan korban. "Makanya itu, terus ngapain gitu ya. Makanya kami koordinasi sama kepolisian waktu sebelumnya ya akan gelar operasi," ujarnya.
Baca juga, Djarot: Kegiatan Sahur on the Road Harus Ditertibkan.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana juga sempat menyarankan hal yang sama untuk tidak melakukan sahur on the road selama bulan Ramadhan. Sebab, pengalaman dari tahun ke tahun, ada beberapa kejadian yang justru berakhir dengan keributan antar kelompok masyarakat.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, Polda Metro tidak bisa melarang kegiatan sahur on the road. Menurutnya hal tersebut masih tidak masalah jika tidak dibarengi dengan aksi pelanggaran.
Penindakan kepada warga melanggar aturan ketika melaksanakan sahur on the road merupakan tugas kepolisian. Sehingga dia mengimbau para peserta sahur on the road tetap sesuai aturan ketika melaksanakan aksi sosial.