REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan, sebagai pembina umat (aparatur sipil negara Kemenag, red), Pancasila juga tidak luput juga akan digoyang. Dampaknya, tegas Panglima, bila Pancasila hilang, maka tidak ada keadilan. Padahal, dalam Pancasila hak dijunjung tinggi.
Dihadapan peserta yang merupakan pimpinan Kemenag dari seluruh Indonesia, Panglima menyampaikan, perspektif ancaman terhadap NKRI. Ancaman pertama adalah migrasi, dan selanjutnya ancaman narkoba. Menurutnya, ada hampir 5 juta atau 2 persen penduduk Indonesia terkena narkoba.
"Kita ini sudah berada dalam darurat narkoba," ujar Panglima saat menjadi narasumber Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema Pengawasan Melalui Peneguhan Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN),di Jakarta, Rabu (31/5).
Ancaman lainnya adalah terorisme dan radikalisme, juga penjajahan media sosial. Atas fenomena penjajahan media sosial ini, Panglima mengaku prihatin. Dia menilai, yang dijajah tidak merasa dijajah, bahkan rela mengeluarkan uang untuk penjajah, dan penjajahan tersebut sampai ke rumah, bahkan menokohkan penjajah sebagai pahlawan. "Ini mengancam persatuan kesatuan bangsa," tegas Gatot.
Dikatakannya, dalam Pancasila, cara beragama di Indonesia sudah ditetapkan dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Mahas Esa, cara berinteaksi di Indonesia dengan memperlakukan manusia Indonesia dengan adil dan beradab. "Sebagai Muslim, kita harus yakin bahwa agama saya adalah paling benar. Untuk yang lain, lakum diinukum waliyadin (untukmu agamamu, untukku agamaku), semua agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan," kata Panglima. Dia menambahkan, bahwa TNI tidak sangggup melawan musuh dan mempertahankan keutuhan NKRI tanpa dukungan tokoh agama.