Rabu 31 May 2017 19:02 WIB

Remaja Melbourne Terbunuh dalam Ledakan Toko Es Krim Baghdad

Zynab Al Harbiya (12), remaja dari Melbourne yang dikabarkan terbunuh dalam serangan teroris ISIS di sebuah toko es krim di Baghdad.
Foto: ABC
Zynab Al Harbiya (12), remaja dari Melbourne yang dikabarkan terbunuh dalam serangan teroris ISIS di sebuah toko es krim di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Zynab Al Harbiya, remaja berusia 12 tahun asal Melbourne dikabarkan terbunuh dalam serangan bom oleh kelompok teroris ISIS di sebuah toko es krim di Baghdad, Irak. Dia meminta ibunya untuk membawanya ke toko es krim itu setelah seharian berpuasa.

Kantor berita Reuters melaporkan terjadinya dua serangan bom mobil yang membunuh lebih 20 orang dan melukai puluhan lainnya, setelah waktu berbuka puasa tiba. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengkonfirmasi Zynab Al Harbiya terbunuh dalam serangan "keji" tersebut.

Zynab berada di Irak bersama kedua orang tua dan dua saudaranya untuk mengunjungi kakeknya yang sakit. Karib mereka Sama Hadad menggambarkan Zynab sebagai "anak 12 tahun yang ramah dan ceria".

Dia mengatakan gadis tersebut memohon kepada ibunya untuk membawanya mencari es krim setelah seharian berpuasa di bulan Ramadan. "Bulan suci Ramadan dimulai akhir pekan lalu sehingga orang berpuasa tidak makan dan minum sepanjang hari dengan suhu 40 derajat lebih, sangat panas," katanya kepada ABC.

"Jadi setelah berbuka puasa dia meminta untuk dibawa ke toko es krim, dimana dia pergi bersama ibu dan pamannya. Sayangnya, toko es krim itu menjadi target bom mobil, pamannya terluka sedangkan dia terluka parah dan kemudian tidak selamat," katanya.

Sepupu Zynab, Layla Al Saabary, menjelaskan Zynab dan keluarganya baru berada di Baghdad beberapa hari. "Yang saya tahu dia berada di dekat toko es krim dan ledakan itu dekat dengan dia sehingga tak ada peluang baginya," kata Al Saabary.

Sebelum pergi, katanya, Zynab menyampaikan kekhawatiran mengenai keamanannya. "Dia bilang ke anak saya sebelum dia pergi, katanya, 'Saya takut bom', dan kami jawab, 'Tidak apa-apa'," katanya.

Zynab telah dimakamkan di Irak. Hadad mengatakan keluarga tersebut benar-benar terpukul. "Keluarga itu putus asa, shock," katanya.

A crane lifts the burnt out car in a crowded area of Baghdad at the site of a car bomb attack.
Petugas keamanan memindahkan mobil yang hancur di lokasi serangan bom dekat toko es krim di Baghdad.

AP: Karim Kadim

"Bagaimana bisa seorang yang cantik, cemerlang, cerdas, optimistis, penuh impian, gadis yang sempurna melakukan perjalanan dan tidak kembali ke rumah?" ujarnya.

"Ini hanya menunjukkan fakta ideologi ISIS yang sakit ini menginfiltrasi dunia internasional dan mempengaruhi semua orang," katanya.

Hadad mengatakan mengetahui kondisi cedera paman gadis itu. Zynab merupakan siswa Sirius College di daerah Broadmeadows. Hadad mengatakan Zynab merupakan tamatan SD Thomastown Primary School.

Kepsek Sirius College Halid Serdar Takimoglu mengatakan Zynab "energik, terbuka, dan penuh perhatian dan disukai rekan-rekannya". "Kami semua sedih karena salah satu siswa yang ceria terenggutkan dari kami dengan cara keji yang sulit dipahami," katanya dalam pernyataan.

Dia mengatakan keluarga Zynab terkenal di lingkungan masyarakatnya, termasuk untuk kegiatan amal.

Serangan bom lainnya

Menlu Bishop mengatakan kematian gadis tersebut menggarisbawahi pentingnya keterlibatan Australia di Irak. "Saya menyampaikan simpati terdalam kami kepada keluarganya, orang yang dia cintai, rekan-rekannya di Broadmeadows," katanya.

"Tragedi ini menggarisbawahi kebrutalan organisasi teroris ini yang tidak menunjukkan rasa hormat pada agama, kebangsaan, kedaulatan, perbatasan, tidak menghormati kemanusiaan," tuturnya.

"Inilah sebabnya mengapa Pemerintah Australia terus menyiapkan pasukan pertahanan kami untuk mendukung pasukan keamanan Irak, sehingga mereka dapat mengalahkan organisasi teroris ini di Irak dan mencegah penyebarannya ke wilayah lain di dunia termasuk di wilayah kita," tambah Menlu Bishop.

The shell of a blackened and burnt out car is surrounded by officers in Baghdad
Kondisi lokasi serangan bom mobil lainnya di daerah Karkh, Baghdad.

AP: Karim Kadim

Dia mengatakan dukungan konsuler diberikan kepada keluarga tersebut dari Kedutaan Besar Australia di Baghdad. "Kami memiliki sumber daya terbatas di Baghdad, mengingat lingkungan keamanan, tapi kami menyediakan sebanyak mungkin dukungan konsuler," jelas Menlu Bishop.

Kedua serangan bom tersebut diyakini menarget kerumunan di malam hari selama bulan suci umat Islam, mereka yang berbelanja dan makan di luar menjelang puasa hari berikutnya. Sedikitnya 13 orang tewas dan 40 terluka di luar toko es krim setelah mobil berisi bahan peledak meledak di distrik Karrada, Baghdad.

Beberapa jam kemudian, serangan bom kedua meledak dan menewaskan 10 orang serta melukai 44 lainnya di dekat kantor pemerintahan di distrik Karkh. ISIS mengaku bertanggungjawab atas dua serangan melalui pernyataan secara online.

ABC tidak dapat memverifikasi keaslian pernyataan ISIS tersebut. Dalam ledakan lain di sebelah barat Baghdad pada Selasa dinihari, seorang pria meledakkan rompi peledak di pos pemeriksaan tentara di kota Hit, yang mayoritas Sunni, menewaskan 12 orang dan melukai sedikitnya 24 orang.

Hadad mengatakan publik perlu mengetahui bahwa umat Islam adalah sasaran serangan ISIS terbesar. "Pekan lalu itu di Manchester, minggu ini di Baghdad. Tempat serupa, dimana keluarga dan anak kecil berada di waktu senggang. Jika tidak ada yang dilakukan, ideologi sakit itu akan terus menyebar," katanya.

"Sebagian besar serangan ISIS pada kenyataannya menargetkan Muslim. Itulah yang penting untuk diinformasikan kepada semua orang. Bahwa umat Islam adalah korban terbesar ISIS dan ideologi ini berkaitan dengan Islam sama dengan KKK dan Nazisme memiliki banyak kaitan dengan agama Kristen," jelasnya.

Baca: Serangan Bom Mobil di Toko Es Krim Baghdad Tewaskan 13 Orang

ABC/wires

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/remaja-melbourne-terbunuh-dalam-serangan-isis-di-baghdad/8575092
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement