Rabu 31 May 2017 22:13 WIB

Wartawan Dicekik Protokoler Kementerian PUPR Saat Liputan

Rep: Ali Mansur/ Red: Andi Nur Aminah
Kekerasan terhadap jurnalis harus dihentikan (ilustrasi).
Foto: Ajijakarta.org
Kekerasan terhadap jurnalis harus dihentikan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kekerasan terhadap pekerja jurnalis kembali terjadi. Kini wartawan salah satu media daring nasional, Bunaiya Fauzi Arubone, menjadi korban kekerasan. Wartawan yang akrab disapa Neya itu diancam dan dicekik oleh orang yang mengaku petugas protokoler Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Peristiwa terjadi di Ruang Serbaguna lantai 17, Gedung Utama Kementerian PUPR, usai adzan magrib. Ketika itu Menteri Basoeki Hadimoeljono hendak membagi-bagikan plakat di acara pengukuhan pengurus Badan Kejuruan Teknik Lingkungan Persatuan Insinyur Indonesia periode 2017-2020.

Berdasarkan pengakuan korban, awalnya dia hendak mengambil foto untuk kepentingan pemberitaan. Di saat bersamaan, seorang petugas protokoler memintanya minggir karena hendak menaruh gelas. Neya yang sedang menjalankan tugas meminta izin untuk mengambil foto lebih dahulu sebelum menyingkir. Tetapi, justru kata tidak pantas yang dia terima dari protokoler tersebut.

"Saya bilang sebentar bang, belum dapat foto bagus. Tapi orang protokol PUPR itu bilang 'monyet nih anak'," terang Neya, saat dihubungi melalui pesan singkat, Jakarta, Rabu (31/5).

Merasa terhina dengan kata makian itu, Neya menanyakan maksud protokoler Kementerian PUPR. Justru bukan kata maaf yang didapatnya, tapi petugas protokoler itu malah mencekik sembari mendorongnya ke luar ruangan. "Gue (saya) protokoler sini. Lu jangan macam-macam (sambil cekik dan dorong saya keluar ruangan)," jelasnya.

Kemudian situasi pun semakin memanas. Neya mengatakan dia dikelilingi para protokoler lainnya, para pelayan serta pihak keamanan seperti menangkap maling. Mereka juga memegang kartu pers dan mempertanyakan asal medianya. Neya pun dengan nada polos menjawab bahwa dirinya wartawan Rakyat Merdeka Online. "Lu dari mana sih? (sembari memegang kartu pers). Bodo amat lu dari Rakyat Merdeka kek. Keluar enggak lu (sambil mencak-mencak)," jelasnya.

Tak berhenti sampai di situ, Neya digiring ke luar ruangan. Dalam perjalanan keluar di dalam lift, security juga mengomelinya. Spontan Neya pun membela diri jika pekerjaan dilindungi oleh undang-undang. "Saya kemudian digiring sama dua security ke lift. Dalam lift, security itu ngomel-ngomel juga. Saya bilang pekerjaan saya dilindungi undang-undang. Kalian enggak bisa melarang saya, gitu. Terus saya keluar," kata Neya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement