REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengingtkan agar seluruh rakyat Indonesia dari berbagai elemen bisa mengingat kembali makna penting dari Pancasila. Rakyat harus mendalami dan lebih menghayati serta mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar bermasyarakat sebagai dasar berbangsa dan bernegara.
Menurut Joko Widodo (Jokowi) Pancasila merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses, yaitu rumusan Pancasila pada 1 Juni 1945 yang dipidatokan langsung oleh Soekarno, Piagam Jakarta pada 22 Juni 1954, dan menjadi rumusan final pada 18 Agustus 1945.
"Adalah jiwa besar para founding father kita, para ulama, tokoh agama, dam para pejuang kemerdekaan dari seluruh nusantara, sehingga kita bisa membangun kesepakatan yang mempersatukan kita," ujar Jokowi dalam amanah peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Gedung Pancasila, Kamis (1/5).
Jokowi mengingatkan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah kodrat keberagaman. Takdir Tuhan untuk Indonesia adalah keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke adalah keberagaman. Dari Miangas sampai Rote adalah keberagaman.
Berbagai etnis berbagai bahasa lokal, berbagai adat istiadat, berbagai agama, kepercayaan, serta golongan, bersatu padu membentuk Indonesia, itulah Bhineka Tunggal Ika, Indonesia. Namun, perkembangan zaman yang semakin modern membuat masyarakat, khususnya anak muda lupa dengan makna penting Pancasila.
Berkaca dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui oleh radikalisme, aksis terorisme, dan konflik sosial, semua ini bisa dihadang dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Bhineka Tunggal Ika.
Dengan dasar negara ini, maka Indonesia akan bisa terhindar dari masalah-masalah tersebut, dan justru mampu membuat kehidupan bersmasyrakat menjadi rukun dan bergotong rotong guan memajukan negeri.
"Dengan pancasila, indonesia adalah rujukan masyarakat internasional untuk membangun kehidupan yang damai, yang adil,yang makmur di tengah kemajemukan dunia," ujarnya.