REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian kegiatan "Parade Pesona Kebangsaan" dalam rangka memperingati Hari Lahirnya Pancasila terus berjalan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Setelah penampilan para seniman dan Wayang Ajen di Puncak Danau Tiga Warna Kelimutu pada Rabu (31/5) pagi, acara berlanjut ke kegiatan parade seni dan budaya pada malam harinya di Lapangan Pancasila di pusat wilayah Kabupaten Ende.
Ribuan masyarakat berkumpul bersama Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, Kementerian Pariwisata yang diwakili Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti, dan seluruh bupati di wilayah NTT.
Mereka antusias menyaksikan penampilan demi penampilan seni dan budaya di atas panggung utama yang ditampilkan seluruh komunitas dan kelompok seni budaya di Ende, NTT.
Setelah parade seni dan budaya, acara berlanjut ke "Malam Renungan Bung Karno" di Taman Inspirasi yang letaknya bersebelahan dengan lapangan Pancasila. Di taman inilah dahulu, saat Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Ende, tercetus pemikiran Pancasila yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.
Butir-butir Pancasila, oleh Soekarno, terinspirasi dari kehidupan masyarakat Ende yang majemuk namun dapat hidup berdampingan dengan damai.
Acara malam renungan Bung Karno berlangsung khidmat. Dimulai dengan mengheningkan cipta, pembacaan doa, doa bersama, pembacaan beberapa kutipan ujaran atau kata mutiara Bung karno, dan penyalaan lilin api secara bersama-sama, yang dimulai dari api yang satu dengan saling berbagi. Hal tersebut menggambarkan pelita bangsa dibangun berdasarkan semangat gotong royong.
Esthy Reko Astuti mengatakan, Parade Pesona Kebangsaanmenjadi atraksi utama dan geliat pariwisata di Flores. Menjadi brand dan citra khusus Ende, dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.
"Parade Pesona Kebangsaan kini telah menjadi ikon dari kota dan masyarakat Ende," kata dia dalam pernyataanya.
"Parade Pesona Kebangsaan" juga melengkapi daya tarik alam yang telah melegenda di Kabupaten Ende, seperti Danau Kelumutu, desa-desa adat serta alam tropis Flores. "Daya tarik ini hendaknya disadari penuh dan dikemas secara profesional dengan standar global," kata dia.
Pemerintah, sebut Esthy, sebelumnya telah menetapkan Badan Otorita Terpadu Labuan Bajo dan Flores, sebagai satu dari sepuluh destinasi prioritas. Strategi dan arah kebijakan telah digariskan dan kini giliran masyarakat dan para pemangku kepentingan yang perlu terlibat dan berperan.
"Kita harus menjadikan pariwisata sebagai penggerak ekonomi, kenghidupkan kreativitas budaya sekaligus mempererat soliditas sosial," kata dia.
Esthy berharap Parade Pesona Kebangsaan dapat diselengarakan secara berkelanjutan serta dikelola dengan lebih kreatif dan tentunya melibatkan partisipasi warga yang akhirnya dapat menjadi perayaan tahunan yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat Ende dan Indonesia secara keseluruhan.
Pemerintah akan terus mendukung, terutama melalui tiga langkah prioritas. Yakni digitalisasi pemasaran, pembangunan homestay desa wisata dan aksesibilitas bandara, yang juga hendaknya menjadi panduan bagi pemda, swasta dan masyarakat.
"Sesuatu yang tidak terlalu sulit bagi Ende karena modal sosial dan infrastruktur telah terbentuk," kata dia.