REPUBLIKA.CO.ID, Ledakan di sebuah tambang batu bara di Yamano, Jepang terjadi pada 1 Juni 1965. Dalam bencana tragis ini, sebanyak 236 orang yang seluruhnya adalah pekerja di tempat itu tewas.
Menurut laporan, peristiwa itu dapat dihindari apabila operator yang bertugas di tambang melakukan tindakan pencegahan. Seluruh prosedur keselamatan yang berlaku disebut tidak dilakukan sama sekali oleh petugas.
Keadaan juga diperburuk karena sekitar 559 pekerja saat itu memasuki tambang yang tidak memiliki metanometer. Alat itu digunakan untuk menjaga tingkat metana dalam skala yang aman. Selain itu, juga tidak terdapat detektor kolorimetri yang berfungsi sebagai pengukur jumlah bahan kimia di udara.
Kedua alat itu merupakan bagian dari fasilitas keamanan di tambang batu bara. Saat ledakan pada 1 Juni 1965, diduga terjadi pembakaran kantong gas yang menyebabkan runtuhnya banyak poros tambang. Kemudian, batu-batu besar membuat jalan keluar sesuai jalur evakuasi yang ditetapkan tertutup.
Beberapa lift yang tersedia di tambang masih bekerja. Namun, hanya 279 pekerja yang berhasil ditampung di dalamnya dan keluar dengan selamat. Sisa 236 pekerja lainnya terperangkap selama dua hari dan ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.