REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kehadiran bayi gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur, Rabu (31/5), menambah daftar panjang penghuni satwa dilindungi tersebut. Bayi gajah yang lahir dari induk Gajah Pledo masih menunggu nama.
Kepala Balai TNWK Lampung Subakir menyatakan, nama bayi gajah menunggu kunjungan Bupati Lampung Timur Chusnuniah Chalim pada Ahad (4/6). “Masih menunggu bupati,” kata Subakir, Kamis (1/6).
Subakir mengatakan, Gajah Pledo melahirkan bayi berjenis kelamin betina di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Way Kambas pada Rabu (31/5) pukul 6.30 WIB. Kondisi anak gajah tersebut dengan tinggi badan 72 sentimeter, lingkar dada 96 sentimeter dan berat badan 66,3 kilogram.
Menurut mantan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung tersebut, pengelola TNWK bersyukur atas kelahiran anak gajah Pledo pada bulan Ramadhan ini dalam keadan sehat dan normal. Ia berharap dengan hadirnya hingga saat ini tiga anak gajah (dua betina dan satu jantan) yang baru lahir di PKG TNWK menambah kelestarian satwa yang dilindungi di Indonesia.
Data Wildlife Coservation Socities (WCS) Indonesia menyebutkan, populasi gajah liar di hutan TNWK Lampung masih tersisa 247 ekor. Jumlah tersebut akan menyusut menyusul masih maraknya perburuan liar gajah, untuk mengambil gading dan giginya.
Sugiyo, anggota WCSI di Lampung Timur, pernah menyebutkan hasil survei WCS pada 2002 jumlah gajah liar di hutan TNWK sebanyak 220 ekor. Jumlah itu meningkat lebih banyak pada tahun berikutnya. Hasil survei pada 2010 disebutkan jumlah populasinya berjumlah 247 ekor.
Dengan hasil olah DNA yang selesai tahun 2015, jumlah populasi gajah betina lebih banyak dibanding jantan dengan sexratio satu berbanding enam (1:6). Namun, prediksi WCS tersebut, jumlahnya sekarang bisa berkurang karena maraknya perburuan liar.