Jumat 02 Jun 2017 08:00 WIB

Masjid Kuno Bayan, Petunjuk Masuknya Islam di Lombok

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
 Pengunjung melintas di kompleks Masjid Bayan Beleq,Bayan, Lombok Utara (Ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pengunjung melintas di kompleks Masjid Bayan Beleq,Bayan, Lombok Utara (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Tak hanya wisata alam, Kabupaten Lombok Utara juga memiliki masjid kuno Bayan Beleq di Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Masjid Bayan Beleq ini pun merupakan salah satu petunjuk masuknya Islam ke Lombok dan Sumbawa pada abad ke 16. Dalam Babad Lombok disebutkan, penyebaran Islam di Lombok dan Sumbawa tak lepas dari upaya Sunan Paku dari Gresik yang mendorong para raja-raja di Jawa mengirimkan misi dakwah. Salah satunya misi dakwah oleh Sunan Prapen dari Jawa ke Lombok pada 1545 Masehi.

Masjid Bayan berada di atas sebuah bukit kecil. Bangunan masjis berdiri di atas sebuah undakan yang tepiannya dikokohkan oleh susunan batu. Dengan, dinding bangunan masih dari anyaman bambu dengan atas ditutup ijuk, masjid ini terlihat sederhana.

Juru pelihara kompleks Masjid Bayan, Murti menjelaskan, Masjid Bayan berdiri di area seluas 1,290 hektare. Material masjid masih dipertahankan berupa kayu, bambu, rotan, dan ijuk. Sementara dasar bangunan dari susunan batu. "Kayu dilekatkan bukan dengan paku tapi pakai pasak," kata Murti.

Konon, empat tiang utama masjid belum pernah diganti. Sementara bagian masjid lain sudah pernah diganti. Renovasi masjid tak dilakukan sembarang waktu. Perbaikan masjid dilakukan delapan tahun sekali atau pada masa kelipatan delapan. Sebelum bongkar pun ada ritual tersendiri dan setelah pembongkaran juga ada ritual lagi yang lebih besar.

Material seperti kayu dan lainnya diambil dari hutan adat. Jamaah Masjid Bayan hanya perlu mengeluarkan biaya angkut saja. Karena itu, bila ada orang di hutan ketahuan menebang kayu tidak untuk keperluan upacara adat lalu meski tidak besar, ada sanksinya. Karena itu hutan adat masih dijaga betul.

"Ada sanksi adat, kalau mau tidak mau, baru ke pemerintah. Kalau disanksi adat biasanya dianggap tidak beradab dan bahkan dikucilkan," ungkap Murti.

Meski Ramadhan, ada saja yang berkunjung ke Masjid Bayan, terutama wisatawan asing. Wisatawan asing terbanyak datang dari Belanda, Jerman, Prancis, dan Australia. Sementara wisatawan asing Asia paling banyak dari Malaysia dan Singapura.

Dengan rata-rata tamu 50 orang per hari, pengelola Masjid Bayan tidak mengenakan biaya tiket. Tapi wisatawan yang datang tetap harus mengisi buku tamu. "Silakan beri sumbangan. Tapi kami tidak menekankan harus bayar berapa. Pengertian tamu saja untuk pemeliharaan," ungkap Murti kepada Republika.co.id, akhir pekan lalu.

Tiga hari setelah Ramadhan, Masjid Bayan juga ramai. Sebab tanggal puasa dan Idul Fitri jamaah Masjid Bayan berbeda tiga hari. "Acara yang mereka gelar sama saja. Tapi praktinya sangat kuat kaitannya dengan adat," kata Murti.

Pemandu di pameran benda sejarah Islam Pesona Khazanah Ramadhan sekaligus pemandu di Museum Negeri NTB, Hubertus Selasa mengatakan, Islam berkembang setelah runtuhnya Majapahit setelah abad 14. Maka, masuk akal bila dalam Babad Lombok disebut Islam masuk melalui Bayan pada abad ke 16. Setelah itu barulah masuk ke pusat Pulau Lombok.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement