REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Seorang pria bersenjata yang menggunakan topeng menyerang Resort World Manila (RWM), di Manila, Filipina, Jumat (2/6). CNN Filipina melaporkan pria bersenjata tersebut menembaki para tamu dan pegawai hotel di lantai satu. Tamu dan pegawai hotel yang terletak di kompleks resor hiburan terkenal di Manila ini pun melarikan diri dari serangan tersebut.
Polisi, tim SWAT dan pemadam kebaran mulai terlihat di RWM sekitar pukul 01.30 dini hari waktu setempat. RWM merupakan kompleks resor di Newport City atau pusat perumahan dan komersial di Manila. Posisi RWM terletak di seberang Bandara Internasional Ninoy Aquino.
Salah satu pengunjung Tikos Low mengatakan dia tengah berada di kasino resor itu bersama ratusan orang lain saat penyerangan terjadi. Low mendengar suara seperti ledakan.
"Saya bisa mencium asap yang seperti keluar dari alat peledak," kata dia dikutip CNN, Jumat (2/6)
Belum jelas jumlah korban serangan ini. Pihak resor mengumumkan melalui Twitter bahwa pihaknya berkoordinasi dengan polisi untuk memastikan semua tamu dan karyawan selamat.
"Kami meminta doa kalian dalam situasi sulit ini," tulis pihak resor.
Chief Operating Officer RWM Stephen Reilly mengonfirmasi terjadinya penembakan, tapi tidak memberikan penjelasan terperinci perihal jumlah penyerang bersenjata.
CNN mengaitkan serangan ini dengan situasi Filipina tengah memberlakukan darurat militer di Mindanau. Militer Filipina tengah memerangi kelompok Moute yang berafiliasi dengan ISIS. Kota Marawi berpenduduk mayoritas Muslim.
Peperangan yang terjadi antara militer pemerintah dengan kelompok militan menyebabkan sekitar 70 ribu penduduk mengungsi dan 140 orang tewas. Pengepungan terhadap kelompok militan tersebut sudah dilakukan sejak pekan lalu.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memberlakukan darurat perang di Pulau Mindanao, Filipina Selatan. Hal tersebut setelah terjadi pertempuran antara pasukan pemerintah dengan kelompok miitan Moute.
Sesuai Undang-Undang di Filipina, darurat militer diberlakukan selama 60 hari dengan ketentuan maksimal satu tahap pemberlakukan darurat militer. Keputusan tersebut diambil Duterte saat melakukan kunjungan ke Moskow, Rusia, Selasa (23/5).