REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa ilmuwan telah melakukan sejumlah penelitian mengenai pengaruh puasa Islam dan puasa medis. Pengaruhnya juga diteliti pada orang sakit dan sehat.
Penelitian-penelitian ini kemudian memotivasi penelitian lain, terutama terkait puasa Islam. Seperti dikutip buku 'Terapi Puasa', Dr Ahmad al-Qadhi bersama rekannya Dr. Riyadh al-Bibabi melakukan uji coba pada orang puasa di bulan Ramadhan.
Mereka menjalani analisis darah sebelum, selama dan setelah puasa. Pemeriksaan meliputi analisis kimia darah, pengukuran protein, dan performa khusus kekebalan tubuh.
Mereka juga mengukur jumlah sel getah bening dalam darah, presentase beragam jenis satu sama lain hingga performanya. Selain itu, ada juga pengukuran jumlah zat antibodi di dalam darah.
Penelitian laboratorium ini menunjukkan bahwa puasa berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel getah pun membaik hingga 10 kali lipat.
Meski jumlahnya tidak berubah, namun presentase jenis sel yang fungsional melindungi tubuh dan melawan zat asing meningkat. Kenaikan serupa terjadi pada salah satu golongan protein di dalam darah. Protein ini bertugas membentuk antibodi.