Sabtu 03 Jun 2017 00:05 WIB

Din: Agama Perkuat Kehidupan Berpancasila

Rep: Fuji EP/ Red: Maman Sudiaman
Din Syamsuddin
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Politik Islam FISIP UIN Jakarta, Prof Din Syamsuddin mengatakan, agama sangat diagungkan di dalam Pancasila seperti yang tercermin pada sila pertama. Agama juga harus menyinari dalam kehidupan Berpancasila. 

"Hal lain yang perlu dijernihkan, hubungan Pancasila dengan agama, terakhir ini menampilkan kerancuan nalar," Prof Din Syamsuddin kepada Republika, Kamis (1/6).

Ia mengatakan, seolah-olah Pancasila tidak ada hubungannya dengan agama. Sehingga, seolah-olah agama harus dipisahkan dari kehidupan bernegara. Ini yang sebenarnya bertentangan secara diametral dengan nilai-nilai dasar kebangsaan di Indonesia.  

Prof Din yang juga sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerangkan, dalam Pancasila itu sendiri, agama sangat diagungkan. Agama juga harus menyinari kehidupan Berpancasila. Begitu pula dalam UUD 1945, tegas disebutkan bahwa negara berdasar atas ketuhanan.

"Maka tidak mungkin agama dijauhkan (dari Pancasila), bahkan Tap MPR Nomor 6 Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa menekankan penegakan etika kehidupan berbangsa meniscayakan pendekatan agama dan budaya," jelasnya.

Ia menegaskan, agama sangat penting dalam membangun masyarakat Berpancasila. Karena Pancasila yang walau pun bukan agama tapi merupakan pertemuan nilai-nilai etika agama-agama. Maka dengan agama kehidupan berpancasila menjadi kuat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement