Sabtu 03 Jun 2017 01:16 WIB

Mayarakat Sedang Sangat Sensitif, Sosiolog Ingatkan Tiga Hal

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Reiny Dwinanda
Sosiolog, Musni Umar.
Foto: Ist
Sosiolog, Musni Umar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Musni Umar mengatakan, masyarakat harus dididik agar saling menghormati. Dia juga mengaku prihatin dengan berkembangnya ujaran kebencian di media sosial. 

Dia menyebutkan tiga hal yang perlu dikaji ulang demi menurunkan ambang rasa sensitif masyarakat yang sedang tinggi. 

Pertama, sindiran atau ujaran negatif adalah hal yang bertentangan dengan budaya sopan santun (ungguh-ungguh) yang turun temurun tertanam dalam diri masyarakat Indonesia. Kedua, Indonesia yang mayoritas adalah umat muslim yang memiliki ajaran untuk selalu berkata hal yang baik.  

"Berkata yang baik termasuk menulis yang baik. Jika tidak bisa lebih baik diam," ujar Musni saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (2/6). 

Ketiga, sila pertama dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengajarkan untuk selalu menghormati sesama, tidak menista atau menyampaikan hal yang dapat menyinggung perasaan pihak lain. 

Sebaliknya, Musni mengingatkan agar mereka yang diperlakukan tidak baik secara lisan atau tulisan sebaiknya tidak membalas dengan cara yang tidak baik pula. 

"Sangat mulia jika memaafkan. Kalau tidak bisa jangan membalas dengan intimidasi lebih baik dilaporkan ke polisi," tambah dia.

Menurut Musni, masyarakat harus dididik kembali tentang jati diri bangsa Indonesia yang dilihat telah luntur tergerus zaman. Budaya saling menghormati sesama adalah salah satu ajaran yang perlu ditanamkan kembali mengingat banyaknya perpecahan yang bermula dari rendahnya rasa saling menghormati. 

"Kita harus dididik agar kembali kepada jati diri bangsa Indonesia yang menghormati sesama sebagaimana kita menghormati orang tua," ucap Musni yang juga rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement