REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersama merenungi dan kembali kepada jati diri bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari sebuah bangsa yang besar, masyarakat juga harus menyadari bahwa Indonesia terdiri dari berbagai budaya dan kepercayaan dalam persaudaraan.
Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Kajian Ramadhan 1438 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dome.
"Kita kembali pada etos kerja yang tinggi. Kembali kepada kedisiplinan kita yang tinggi. Kembali kepada etika bermasyarakat yang tinggi. Kembali kepada budi pekerti, kesantunan, dan kesopanan kita yang baik," ajak Jokowi, berdasarkan siaran resmi Istana, Sabtu (3/6).
Jokowi menyampaikan setidaknya terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan untuk menyikapi kondisi bangsa saat ini dan kembali pada jati diri bangsa Indonesia.
"Pertama, semangat keagamaan kita telah diberi ruang oleh negara. Oleh sebab itu, gunakan ruang yang besar untuk kembalikan semangat ukhuwah kita," kata Presiden.
Semangat inilah yang disebut Presiden harus diajarkan dan disebarkan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Termasuk dalam semangat tersebut ialah nilai-nilai budi pekerti, etika, kesantunan, dan kesopanan.
"Karena dari situ kita bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Semangat keagamaan ini harus kita pakai untuk ke arah sana," tambahnya.
Kemudian yang kedua dalam hal pendidikan. Jokowi berulang kali menyatakan komitmennya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya ini dilakukan dengan didasari pada nilai-nilai agama, moralitas, integritas, dan mentalitas yang baik.
"Percuma anak-anak kita pandai tapi ini (nilai-nilai dasar) tidak ada. Tidak ada artinya," tegas Jokowi.
Selain itu, Presiden juga berpesan kepada seluruh pihak untuk tidak melupakan ukhuwah Islamiah yang menjadi ciri khas Indonesia, negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan berasal dari bermacam suku bangsa.
"Kita lupa bahwa kita ini saudara. Beragam, bermacam-macam, agama, suku, dan ras. Kita lupa ukhuwah Islamiah kita. Sedangkan penduduk kita 85 persen Muslim. Sehingga kembali lagi kita kehabisan energi untuk hal-hal yang tidak perlu," ujarnya.