Oleh: Saepuloh (TIDIM-LDNU)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makau terkenal sebagai salah satu kota judi dunia, ia disebut-sebut sebagai Las Vegas-nya Asia, banyak casino dan hotel di sini, bahkan casino terbesarpun "The Venetian" ada di sini. Itu karena penghasilan terbesarnya lahir dari meja judi selainnya itu ialah dari ekspor, bisnis hiburan dan pariwisata.
Kota yang luasnya hanya sekitar 30 km ini nyata pendapatan perkapitanya termasuk yang tertinggi di dunia, yang menarik ia merupakan bekas jajahan Portugis lebih dari 400 tahun, sehingga banyak bangunan khas Eropa di sini seperti The Ruins of St. Paul bekas reruntuhan Gereja di masa silam.
Arsitektur kota, agama, tradisi, seni, serta kuliner dan masyarakat mencerminkan integrasi budaya Cina, Barat dan Portugis, termasuk bahasa resminya Mandarin dan Portugis. Makau sendiri merupakan daerah administrasi khusus Republik Rakyat Tiongkok yang memiliki mata yang sendiri yaitu pataca (MOP).
Walaupun di tengah glamour dan hingar bingar kehidupan malam kota ini terdapat nuansa keagamaan dan spiritual yang kental, salah satu nya berada di bilangan Koo Shi Tak. Pada pukul 00: 49 dini hari saya baru saja selesai mengimami shalat Isya, yang disusul dengan shalat tarawih, witir dan tausiah, waktu saya tanya mengapa hampir tengah malam baru dilaksanakan, "iya ustadz kami semua baru bisa melaksanakan tarawih di atas jam 23:00 usai bekerja" ujar Mba Ana ketua MATIM atau Majelis Taklim Indonesia Makau
MATIM sendiri ialah sebuah rumah apartemen dilantai empat yang disulap menjadi majelis taklim dengan dana mandiri, biaya sewanya sendiri serta listrik, air dan internet rata rata sebesar dua puluh juta rupiah setiap bulan.
Di awalnya tarawih harus dilakukan secara berpindah pindah tempat sampai akhirnya di bulan Mei 12 tahun lalu MATIM berdiri. Jama'ahnya sendiri sekitar 30-40 jamaah setiap malam, Alhamdulillah saya bisa ikut menyaksikan secara langsung geliat spiritual di negeri judi dan wisata bertaraf internasional.