REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kerap diidentikkan dengan keindahan kawasan wisata pantai dan alam bawah lautnya. Namun kini NTT tak lagi hanya digambarkan tentang itu saja.
Ada yang berbeda di Desa Waturaka, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Para wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan pemandangan pegunungan. Hamparan sawah dengan beragam tanaman holtikultura terdapat di kawasan menuju desa ini.
Butuh waktu dua jam dari Kota Ende untuk sampai ke desa yang telah dinobatkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebagai salah satu Desa Wisata Alam terbaik.
Menjelang masuk ke kawasan desa ini, wisatawan akan disuguhkan asrinya perbukitan di Kecamatan Kelimutu. Suhu udara yang dingin semakin memanjakan wisatawan yang hendak melancong ke desa yang terletak di bawah kaki Gunung Kelimutu ini.
"Udaranya segar. Dinginya sama dengan di kawasan Lembang, Bandung," ujar Sigit, wisatawan domestik asal Kota Bekasi, yang ditemui di Desa Waturaka, Rabu (31/5).
Sigit yang datang bersama sejumlah temannya menambahkan, baru kali ini dirinya berwisata ke wilayah pegunungan NTT. Biasanya ia memilih untuk ke Kabupaten Alor atau ke Pulau Komodo. Dirinya pun berujar jika Desa Waturaka adalah pilihan tepat saat mengetahui desa tersebut dinobatkan sebagai Desa Wisata Alam Terbaik oleh Kemendes PDTT.
"Ternyata disini tidak kalah menarik. Kami rencana akan melanjutkan perjalanan ke Danau Kelimutu. Kami memilih untuk menginap di homestay Desa Waturaka. Menariknya, desa ini juga memiliki kawasan wisata air panas serta air terjun," ujar dia.
Kepala Desa Waturaka, Aloysius Djira Loy, membenarkan jika desa yang dipimpinnya beberapa waktu yang lalu mendapat penghargan sebagai Desa Wisata Terbaik Kategori Wisata Alam dari Kemendes PDTT. Penghargaan itu diraih saat pagelaran Expo BUMDes Nusantara di Bukittinggi, Sumatra Barat, pertengahan Mei lalu. Penghargaan tersebut ia raih bersama sembilan desa lain yang juga dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik.
Djira menjelaskan, pengembangan sektor pariwisata di desanya dimulai sejak sejak 2014. Sebagai desa penyangga kawasan wisata Danau Kelimutu, musyawarah warga pun menyepakati untuk membuka jasa penginapan homestay bagi para wisatawan hendak menuju Danau Kelimutu. Ada 13 homestay milik warga yang disewakan dengan tarif Rp 150 ribu per malam.
“Sejak tahun 2014 hingga 2016, penghasilan desa ini meningkat. Kini kami bisa mendapatkan sekitar Rp 116 juta per tahun. Adanya pengembangan wisata sangat menambah penghasilan warga yang berada di sini,” kata dia.