Senin 05 Jun 2017 14:00 WIB

Hukum Islam dalam Keseharian Muslim Cocos

Salah satu masjid di Pulau Cocos.
Foto: regional.gov.au
Salah satu masjid di Pulau Cocos.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Lantaran mayoritas penduduk beragama Islam, hal ini berpengaruh pada kehidupan sehari-hari di Kepulauan Cocos. Kebersihan menjadi sesuatu yang sangat penting dan bernilai. Hampir semua rumah di sini juga sangat terpelihara.

Dalam hal pergaulan, jangan harap ada gaya pergaulan ala Barat. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting. Pasangan suami-istri di kepulauan ini umumnya menikah melalui perjodohan meski “perasaan” cinta di antara keduanya juga menjadi syarat yang dipertimbangkan sebelum pernikahan.

Sebagai kepulauan “Muslim”, ada beberapa hal yang harus dipa tuhi oleh pendatang yang ingin me ngunjungi Cocos. Mereka harus mengenakan busana sopan, yakni me nutup bagian pundak hingga lutut.

Pendatang juga harus melepas alas kaki saat akan memasuki ru mah dan masjid. Menggunakan ta ngan kiri saat makan, memberi, dan menerima sesuatu dianggap per buat an yang tidak sopan. Disarankan menggunakan tangan kanan saat melakukan segala hal, terlebih saat berjabat tangan dengan orang lain.

Aturan lain yang juga harus dipahami pendatang adalah tidak me nyentuh bagian kepala seseorang. Per buat an seperti ini dianggap tidak menghargai orang lain. Ketika ber tamu, jangan sekali pun mengetuk pintu de pan rumah. Sebab, menurut adat istiadat setempat, hal itu juga tergolong perbuatan tidak sopan. Jadi, saat ber tandang ke rumah orang lain, ta mu diharuskan masuk melalui pintu be la kang, kecuali pintu depan terbuka.

Sekolah

Bagaimana dengan sekolah untuk anak-anak warga Kepulauan Cocos? Seperti diungkap laman www.australian.com.au, sekolah-sekolah di kepulauan ini dioperasikan oleh Departemen Pendidikan Australia Barat di bawah kuasa persemakmuran. Di tiap-tiap sekolah, disediakan ruang shalat permanen bagi para siswa.

Di antara 27 pulau di Kepulauan Cocos, hanya dua pulau yang dihuni, yaitu Pulau Salma (Home Island) dan Pulau Panjang (West Island). Di Pulau Salma yang menjadi rumah bagi sekitar 450 Muslim, peredaran minuman beralkohol dilarang. Di pulau ini, sebuah tempat kumpul berfungsi juga sebagai tempat pertemuan warga. Lain lagi dengan Pulau Panjang yang menjadi rumah bagi 150 Muslim. Di sini, tempat kumpulnya adalah sebuah pub.

Selain tak ada distribusi minum an beralkohol, toko-toko di Pulau Salma juga dilarang menjual daging babi. Toko-toko ini biasanya dimiliki oleh warga keturunan Melayu.

Dibanding masyarakat di wilayah Australia lainnya, penduduk Melayu di Kepulauan Cocos bisa menjadi komunitas percontohan. Obat-obat terla rang sangat jarang ditemukan, ting kat kehadiran siswa di sekolah dasar dan menengah mencapai 93 persen lebih. Bahkan, sejumlah peng amat memuji komunitas Melayu Mus lim di Cocos sebagai orang-orang yang religius, beretika moral tinggi, dan kuat memegang norma yang mereka yakini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement