Selasa 06 Jun 2017 13:00 WIB
Peradaban Islam

Mengenal Istilah Diwan

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat peradaban Islam bersinar pada abad pertengahan, aktivi tas pemerintahan dan sosial kemasyarakatan berjalan se cara dinamis. Muncul sejumlah istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah institusi ataupun sebuah produk budaya tertentu. Salah satunya ialah diwan. 

Istilah ini, mengutip Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, bisa dimaknai inklusif sebagai kumpulan tulisan sejenis atau jabatan administratif yang menghasilkan kumpulan tersebut. Soal kapankah kata ini muncul dan lazim dipergunakan? Tampaknya, John El Esposito mengungkap fakta bahwa asalusulnya belum diketahui jelas. Namun, ia menegaskan, sepanjang sejarah Islam kata diwandigunakan untuk menunjukkan sejumlah lembaga dan praktik. 

Di bidang tulis-menulis, misalnya. Diwan kerap dipakai dalam kajian sastra untuk menyebut kumpulan puisi atau kadang-kadang prosa. Sedangkan di dunia pemerintahan, diwanbiasanya berlaku untuk daftar kearsipan. John pun kembali beranalisis. 

Berangkat dari kedua kasus penggunaan kata diwantersebut, ia melihat adanya keterkaitan secara tak langsung diwandengan sejarah dan kebudayaan Persia. Hal ini terjadi lantaran etos bu daya Persia sedikit banyak telah mewarnai penduduk perkotaan dan khususnya lingkungan tulis-menulis sejak awal kekhalifahan Islam. Dalam bahasa Per sia, terdapat satu kata, yaitu div. Kata ini berarti ruh jahat dan kegelapan. Peng gunaannya diduga kuat untuk melu kiskan kaum birokrat. 

Ketika terjadi perbedaan antara prak tik budaya populer dan sastra yang berupaya menandingi bentuk-bentuk Islam klasik, diwansecara lebih spesifik digunakan untuk menunjukkan kumpulan puisi. Pemakaiannya juga mengonotasi kan keunggulan dan urbanitas dalam be berapa bahasa Timur Tengah dan Eropa. 

Namun, pemakaian paling lazim ialah berkenaan dengan jabatan tertentu yang mengurus fungsi penting peme rintahan dengan memperluas tugas ‘juru hitung’ yang disebut diwansejak Kha lifah Umar bin al-Khatab. Tidak hanya di tingkat pemerintah pusat, tetapi kata diwanjuga dikenal dalam cabang peme rintahan. Hanya saja, pada level pusat ada sebutan setingkat lebih tinggi lagi dari sekadar diwan, misalnya divan i al al’laatau divan i humayun. Instansi ini dipimpin oleh wazir atau wazir besar. 

Dalam perkembangannya, istilah ini (biasanya dengan ejaan dewan) juga di gunakan untuk menyebut wazir di Anak Benua India sejak Kerajaan Mughal. East India Company, contohnya, ditunjuk se bagai diwanProvinsi Bengal. Tetapi, di sisi lain, dari segi pemerintahan telah ter jadi penghapusan terhadap diwankhu- sus, bahkan di bawah satu peme rintah. 

Hal ini terjadi akibat perbedaan besar antara negara-negara berkenaan dengan ruan dan waktu dan rencana khusus. Tetapi, bila dicermati lagi, ada kesinambungan dalam ciri-ciri struktural yang menyifati pembagian tiga bentuk, yaitu: diwankedutaan ( diwan rasail), diwankeuangan ( diwan amwal), dan diwanmiliter ( diwan jaisy). 

Praktiknya, diwandibentuk dengan tanggung jawab khusus untuk mengurus yayasan amal, tanah wakaf, berbagai pajak, sampai zakat. Sub-sub cabang jabatan ini atau biro-biro administratif lainnya dapat pula diberi sebutan yang dibangun dengan diwan. n 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement