REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence mengatakan peran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) semakin genting dalam memerangi terorisme. Hal tersebut ia ungkapkan setelah Inggris kembali didera serangan teror pada Sabtu (3/6).
Dalam pidatonya pada acara Atlantic Council's Distinguished International Leadership Awards di Washington, Pence menyinggung insiden teror yang kembali melanda Inggris. Dengan serangkaian insiden teror di Inggris dan negara Eropa lainnya, menurut Pence, semakin membulatkan tekad AS untuk menumpas terorisme.
"Kami akan mendepak kanker terorisme dari muka bumi dan kita akan melakukannya bersama-sama," ucap Pence dalam pidatonya, seperti dilaporkan laman CNN, Selasa (6/6).
Ia juga menilai kehadiran NATO terkait upaya penanganan dan pemberantasan terorisme yang kian merebak sangat dibutuhkan. "NATO yang kuat sangat penting, terutama di masa-masa sulit ini," ujar Pence.
Pernyataan Pence tersebut seperti menegaskan komitmen AS terhadap NATO. Sebab selama masa kampanye silam, Presiden AS Donald Trump menyebut NATO ketinggalan zaman.
Namun setelah bertemu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada April, Trump berubah pikiran. Para pemimpin NATO meyakinkannya bahwa aliansi tersebut akan memerangi kelompok teror, seperti ISIS dan lainnya. Kendati demikian, Trump sempat menolak berjanji bahwa dia akan menjunjung tingggi Pasal 5 NATO yang mengharuskan anggota NATO untuk membela sekutu yang diserang.
Namun Pence mengindikasikan komitmen AS terhadap NATO. "Dengan bangkitnya musuh baru dan lama, aliansi kita harus terus berevolusi untuk menghadapi ancaman hari ini dan besok," ujarnya.