REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Kelompok militan pro-Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Marawi dilaporkan memiliki terowongan persembunyian yang nampaknya digunakan sebagai persiapan utama. Di dalamnya, terdapat stok makanan dan senjata dalam jumlah besar.
Terowongan dan ruang bawah tanah itu diyakini berfungsi untuk mempersiapkan kelompok yang dikenal dengan nama Maute itu menghadapi pengepungan. Pekan lalu, tepatnya pada 23 Mei pertempuran terjadi antara kelompok tersebut dan pasukan militer Filipina.
Saat itu, lebih dari 100 anggota ISIS Maute menyerbu salah satu kota di Pulau Mindanao tersebut. Kelompok itu juga menyerang Gereja Katedral Our Lady Help dan menculik staf gereja termasuk Pastor Chito Suganob. Mereka mengancam akan membunuh para sandera.
Sejak militan Maute menyerang Marawi, sekitar 30 warga sipil, 40 tentara, dan lebih dari 100 gerilyawan telah tewas terbunuh. Hingga kini, ratusan warga sipil juga diyakini masih terjebak di kota selatan negara itu dengan persediaan makanan yang sangat terbatas.
Baca juga, Kapolri Pastikan 16 WNI di Marawi Adalah Jamaah Tabligh.
Pasukan militer Filipina hingga saat ini belum dapat merebut kendali kota sepenuhnya. Meski demikian, pihaknya mengklaim sejumlah keuntungan telah mereka dapatkan, termasuk di antaranya berhasil mengendalikan situasi menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
"Kami yakin saat ini beberapa anggota kelompok militan yang tersisa masih bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah yang luas dan telah dibangun sejak beberapa tahun lalu," ujar kepala komando militer Mindanao Barat, Carlito Galvez seperti dilansir BBC, Selasa (6/6).
Ia juga mengatakan, terowongan persembunyian itu sangat luas dan terhubung dengan banyak tempat di Marawi. Bahkan, terowongan itu sangat sulit untuk ditembus, maupun dihancurkan dengan bahan peledak.
"Bahkan bom seberat 500 pon nampaknya tidak dapat menghancurkannya," kata Galvez menambahkan.
Pemerintah dan militer Filipina memperkirakan saat ini jumlah anggota Maute yang tersisa di Marawi adalah sekitar 40 hingga 200 orang. Laporan tentang adanya penjarahan kota oleh para tentara telah dibantah.