REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Sejumlah militan Islam radikal mengenakan topeng hitam dan berpatroli di sebuah jembatan yang merupakan satu-satunya jalan keluar dari Marawi. Mereka mencari warga Kristen untuk dijadikan sandera, setelah sebelumnya berhasil menculik seorang pastur.
Seorang pemimpin Muslim setempat kemudian mempertaruhkan nyawanya sendiri dengan menyembunyikan puluhan warga Kristen di sebuah tempat penggilingan padi. "Dia memberi tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan, melafalkan doa, memakai hijab, dan bagaimana mengatakan assalamu alaikum," ujar Uskup Kota Marawi, Edwin de la Pena seperti dikutip the Guardian.
Menurut de la Pena, rencana itu cukup berhasil, namun ada beberapa orang yang tampaknya tidak beruntung. "Ketika ditanya apakah mereka umat Kristen, mereka menjawab ya dengan mudah. Jadi mereka ditarik keluar. Dan kami baru saja mendengar bahwa mereka telah dibunuh dan dibuang ke jurang," ungkap dia.
Warga Marawi di Pulau Mindanao, Filipina, sangat dikejutkan dengan adanya kelompok pendukung ISIS yang mengambil kendali kota. Kelompok ini bahkan membakar sebuah gereja katedral dan membiarkan mayat warga Kristen tergeletak di dalamnya.
Kisah-kisah pertumpahan darah sektarian yang brutal ini kini telah bergejolak di Filipina. Negara ini terasa seperti berada di tepi jurang, yang didorong ke sana kemari oleh kantong-kantong militansi di selatan dan oleh seorang presiden yang condong ke arah kekerasan.
Pemerintah Filipina mengatakan, Maute adalah sebuah kelompok kriminal setempat yang berubah jadi kelompok milisi Islam. Kelompok ini diduga telah merencanakan serangan saat bulan suci Ramadhan, untuk mendapat simpati dari ISIS di Timur Tengah dan mendapatkan aliran dana dari kelompok teroris asing.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, juga telah mengumumkan darurat militer di Mindanao, pulau paling selatan negara itu yang berpenduduk sekitar 20 juta orang. Duterte bahkan sempat berguyon akan memberikan janji perlindungan kepada tentara yang sedang bertugas Marawi jika mereka melakukan kejahatan, termasuk kejahatan pemerkosaan.
Serangan helikopter dan tank pasukan Filipina yang dilakukan selama hampir dua pekan, tidak dapat mengusir militan di Marawi. Sebagian besar dari 200 ribu penduduk kota telah melarikan diri, dengan berjalan berjam-jam menuruni bukit tropis yang rimbun ke Kota Iligan, sejauh 38 km.
Baca juga, Kapolri Pastikan 16 WNI di Marawi Adalah Jamaah Tabligh.
Marawi, yang dikenal dengan nama Kota Islam Marawi, adalah bagian dari wilayah otonom Mindanao yang memiliki pemerintahan sendiri. Kota ini memiliki hukum syariah untuk Muslim dan sistem perpajakan yang terpisah dari negara. Sementara Kota Iligan dikelola oleh pemerintah pusat yang mayoritas Kristen.
Kota Marawi yang mayoritas penduduknya Islam dan Kota Iligan yang mayoritas Kristen, memiliki masa lalu yang kelam. Penjajah dari Spanyol dan Amerika Serikat telah merampas wilayah Muslim dan pribumi lokal dengan membangun pemukiman Kristen.
Pada awal 1970-an, mantan diktator Ferdinand Marcos dituduh mendorong ekstremis Kristen untuk memerangi pemberontakan separatis Muslim. Kelompok paramiliter Kristen Ilaga dituduh melakukan beberapa pembantaian. Kasus yang paling terkenal adalah pembantaian lebih dari 70 Muslim oleh militan yang melemparkan granat ke sebuah masjid.
Pembunuhan di era Marcos hampir mengosongkan kedua kota dari populasi minoritas. Sejak saat itu, para pemuka agama di daerah tersebut mendorong adanya rekonsiliasi.