REPUBLIKA.CO.ID, Sukarno dikenal dekat dengan masjid. Bahkan, Masjid Salman di ITB merupakan rancangan hasil karya Sukarno. Sejarawan Muslim, Ustaz Jazir Asp menjelaskan kedekatan dan kecintaan Sukarno terhadap masjid kepada wartawan Republika, Rizma Riyandi, sebagaimana dalam wawancara berikut ini.
Bagaimana kedekatan antara Sukarno dan masjid?
Beliau sangat dekat dengan masjid, bahkan berkali-kali membuat konsep pembangunan masjid. Walaupun begitu, ada beberapa di antaranya yang baru selesai pada masa pemerintahan Soeharto. Masjid-masjid yang pembangunannya diinisiasi Sukarno, yaitu masjid di Bengkulu, Masjid Syuhada Kota Baru Yogyakarta, Masjid Istiqlal, Masjid Baiturahman dekat Istana Negara, dan Salman ITB.
Selain sebagai tempat ibadah, Sukarno juga membangun masjid sebagai simbol yang memiliki filosofi kuat. Melalui masjid, beliau ingin bercerita mengenai perjuangan bangsa Indonesia. Dimulai dengan Masjid Syuhada yang artinya pejuang. Masjid tersebut memang dibangun untuk mengenang jasa para pejuang, yang berhasil memenangkan pertempuran perebutan senjata di Kota Baru.
Lalu dari situ, dibangunlah Masjid Istiqlal yang berarti merdeka. Maknanya setelah ada pengorbanan dari para pejuang maka lahirlah kemerdekaan. Kemudian untuk apa kemerdekaan itu, ya untuk menciptakan rumah atau negara yang penuh kasih sayang. Ini dilambangkan Masjid Baiturahman.
Kemudian, bagaimana menciptakan negara yang aman, tenteram, maju, dan penuh kasih sayang? Ya dengan mendidik masyarakat agar bisa jadi warga negara yang baik. Simbolnya adalah Masjid Salman ITB. Karena selain berdiri di kampus masjid tersebut diberi nama sahabat Nabi, Salman Alfarisi, yang tidak lain merupakan arsitek cerdas.
Bagaimana kiprah Sukarno terkait pembangunan masjid di luar negeri?
Tidak hanya membangun masjid di dalam negeri, Sukarno juga banyak mewariskan masjid di luar negeri. Salah satunya di Uni Soviet. Di mana beliau menemukan masjid digunakan sebagai gudang senjata. Melihat kondisi tersebut, Sukarno terenyuh hatinya, lalu meminta Presiden Uni Soviet pada waktu itu untuk mengembalikan kembali fungsi masjid pada gedung tersebut. Hal yang sama juga terjadi di Maroko. Maka itu, kedua masjid tersebut dinamakan dengan Masjid Sukarno.
Selain itu, ketika Sukarno sedang pergi haji dan sai, beliau melihat bahwa ke depannya umat Islam akan berkembang pesat. Maka itu, Sukarno memberi saran pada Kerajaan Arab Saudi agar tempat sai dibuat bertingkat supaya bisa menampung jamaah haji.
Hal itu pun dilakukan Arab Saudi, bahkan sekarang tempat sai di sana jadi tingkat lima. Kemudian saat di Padang Arafah, beliau melihat tanah yang tandus dan gersang, maka itu beliau menyarankan agar Padang Arafah ditanami pohon-pohonan agar jamaah bisa beribadah dengan nyaman. Saat ini Padang Arafah sudah hijau karena ditanami pohon-pohon mimba, yang di Arab Saudi disebut dengan Pohon Sukarno.
Apa ciri khas masjid yang dibangun oleh Sukarno?
Ciri khasnya masjid-masjid tersebut pasti punya filosofi yang mendalam dan keterikatan antara satu sama lain. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, pembangunan antara Masjid Syuhada, Istiqlal, Baiturahman, dan Salman sangat berkaitan. Memiliki cerita yang saling melengkapi dan monumental.
Selain latar belakang ideologis, apakah ada latar belakang politik di balik pembangunan masjid?
Ya jelas ada. Sukarno juga kan tokoh politik bangsa. Misalnya, saat membangun Istiqlal, itu sebenarnya beliau sedang merasa tertekan oleh umat Islam. Karena saat itu, beliau sedang gencar-gencarnya membangun kabinet Nasakom. Banyak sekali umat Islam yang menolak, lalu melalui pembangunan Istiqlal beliau ingin menunjukkan pada umat Islam bahwa ia masih memiliki kedekatan dengan agama yang dipeluknya. Pada dasarnya, alasan Sukarno membangun masjid sebagai bangunan-bangunan monumental tidak lain adalah karena semangatnya dalam mencintai Islam.