Selasa 06 Jun 2017 22:06 WIB

Dua Peneliti Jepang Studi Banding ke Sleman

Gunung Merapi
Foto: AP
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dua peneliti asal kota Kagoshima, Jepang, yang dipimpin Profesor Masato Iguchi berkunjung ke Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk melakukan studi banding terkait dengan sistem penanggulangan bencana akibat letusan Gunung Merapi.

Dua peneliti asal Jepang beserta pembimbingnya diterima langsung Bupati Sleman Sri Purnomo di Kantor Bupati Sleman, Selasa (6/6).

Kunjungan tersebut merupakan upaya Pemerintah Kota Kagoshima untuk meningkatkan sistem penanggulangan bencana letusan gunung api yang ada di kota tersebut, yaitu Gunung Sakurajima.

Penanggulangan tersebut meliputi evakuasi warga terdampak, evakuasi batu dan debu dari jalanan, pengobatan darurat, dan evakuasi puing-puing akibat terjangan awan panas.

Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Heru Saptono yang hadir pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa masyarakat harus selalu mendapat pembelajaran dan edukasi terkait dengan bencana letusan gunung api. "Banyaknya korban jiwa akibat letusan Gunung Merapi pada tahun 2010, salah satunya diakibatkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan bencana tersebut," kata Heru.

Menurut dia, beberapa masyarakat terdampak letusan Gunung Merapi masih berpedoman pada sang juru kunci serta mengabaikan peringatan dari pemerintah. "Untuk itu, status juru kunci di Gunung Merapi sekarang sudah tidak ada, sekarang adanya Penghageng Acara Kabudayan. Maka, nanti kalau Gunung Merapi mau meletus, tanyanya bukan kepada juru kunci lagi, melainkan ke BPBD," katanya.

Selain memaparkan sistem penanggulangan bencana letusan gunung berapi di Kabupaten Sleman, Bupati Sleman Sri Purnomo berharap Pemerintah Kabupaten Sleman juga dapat mengambil ilmu dan pengalaman terkait penanggulangan bencana letusan Gunung Sakurajima yang ada di Jepang.

Kunjungan tersebut merupakan pendahuluan dari kunjungan Wali Kota Kagoshima yang rencananya pada tanggal 24 hingga 26 Juni 2017.

Kunjungan tersebut dalam rangka mempelajari sistem penanggulangan bencana letusan gunung berapi yang menjadi ancaman di Kota Kagoshima. Gunung Sakurajima yang terletak di Pulau Kyusu tersebut terakhir meletus pada hari Jumat 5 Februari 2016, dan berpotensi untuk terjadi letusan dahsyat dalam 30 tahun ke depan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement