REPUBLIKA.CO.ID, Momen Ramadhan dimanfaatkan oleh Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak untuk menjaring aspirasi dan mendengar keluh kesah dari warganya. Bersama Wakil Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Emil membagi tugas berkeliling masing-masing di tujuh kabupaten.
Agenda safari Ramadhan tersebut dimaksudkan agar Emil dan wakilnya lebih dekat dengan warga Trenggalek. Agenda safari tersebut dijadwalkan setiap menjelang buka puasa. Meskipun, keduanya harus mengorbankan waktu berkumpul bersama keluarga saat buka puasa. Emil mengaku, sempat di awal-awal Ramadhan berbuka bersama keluarga.
"Ini kan ada aura positif di bulan ini jadi bagaimana kami bisa benar-benar dekat dengan masyarakat jadi apapun komunikasi di bulan ini tidak ada suuzon atau takut, menyampaikan bisa lebih baik, santun dan positif. Aura positif ini kami manfaatkan untuk benar-benar mendengar keluh kesah warga dan menjawab harapan mereka dengan turun ke bawah," ungkap Emil kepada Republika di Balaikota Surabaya, pekan lalu.
Menurutnya, luas Kabupaten Trenggalek dua kali lipat dibandingkan DKI Jakarta dan Singapura. Totalnya terdapat 14 kecamatan di wilayah Jawa bagian selatan tersebut. "Mudah-mudahan sapa masyarakat di safari Ramadhan bisa membawa kedekatan lebih baik lagi antara saya dengan warga," imbuhnya.
Tak hanya soal safari Ramadhan, Emil juga membagikan pengalaman lucu saat rapat beserta seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemkab Trenggalek. Ia berupaya, agar para stafnya memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Salah satu caranya, dengan mengatur jadwal rapat agar tidak berbenturan dengan waktu buka puasa. Bahkan, setelah kumandang azan, Emil mengajak para stafnya untuk menunaikan salat terlebih dahulu.
"Jadi kalau ada rapat-rapat terutama menjelang buka saya tanya mau buka di rumah apa disini mereka jawab di rumah. Yasudah pokoknya 20 menit lagi harus selesai ternyata saya sudah mau selesai staf saya yang masih tanya pak ini gimana, saya tanya kalian ini pengen pulang apa enggak kok malah mereka yang pengen rapat lama," terangnya.
Ia merasa jika rapat terlalu lama kasihan para stafnya tidak bisa pulang untuk menikmati momen berbuka bersama keluarga. Sementara Emil mengaku waktu berbuka bisa lebih fleksibel karena rapat dilaksanakan di Pendopo.
"Buat saya ini bagus bahwa kita ingin menguji sebenarnya kita secara spiritual ingin disiplin salat tepat waktu setelah azan tidak semua mengganggu kerja kita. Jadi bulan puasa menjadi satu momen yang terus bisa kita lanjutkan," ucap suami dari Arumi Bachsin tersebut.
Terlepas dari bulan Ramadhan, menurutnya waktu rapat bisa diatur agar terjadi keseimbangan antara kerja dengan ibadah. "Saya bukan santri yang terlalu alim tapi ya namanya salat lima waktu kan wajib. Justru momen bulan puasa menjadi momen kita semua saling membenahi kualitas ibadah kita," imbuhnya.
Di sisi lain, Emil dan keluarganya menggemari aneka takjil yang berasa manis. Setiap hari, secara bergiliran ia mengundang pedagang takjil untuk berjualan di depan Pendopo. Terkadang, Arumi membawa anak-anaknya untuk belanja takjil di depan Pendopo atau di depan Alun-Alun. "Favorit kita yang manis-manis pokoknya," ujar alumnus Universitas New South Wales, Australia tersebut.