Rabu 07 Jun 2017 18:51 WIB

Islam Wasathiyah Bangun Suasana Demokrasi yang Cerdas

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Pengamat Politik Siti Zuhro.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pengamat Politik Siti Zuhro.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengapresiasi sikap Muhammadiyah yang komitmen dan konsisten membangun nilai keagamaan Islam yang Wasathiyah. Menurutnya, Islam Wasathiyah yang menjaga jalan tengah atau moderasi ala Muhammadiyah bisa berperan besar membangun suasana demokrasi cerdas di Indonesia.

Islam Wasathiyah menjaga paham keagamaan yang moderat tidak terlalu ke kanan atau ke kiri. Dan cara berislam ini juga yang menurutnya mampu mengurai suasana demokrasi Indonesia yang kini terus memanas usai friksi yang terjadi ketika pemilihan presiden 2014 dan pilkada DKI kemarin.

Di masyarakat, saat ini, tidak ada yang mengarahkan untuk membangun rasa saling percaya, saling tenggang rasa, saling toleransi dan lainnya. Ini, menurutnya, sangat jauh dari cita cita mulia demokrasi, saat awal reformasi.

"Prakondisi yang ada sekarang, masyarakat  berpikiran sangat eksklusif memposisikan orang yang tidak sepakat, antara kami dan mereka, othering," kata Siti Zuhro di sesi terakhir acara Pengkajian Ramadhan 1438 Hijriah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rabu (7/6).

Pengamat yang akrab disapa Mbak Wiek ini berharap, Muhammadiyah tetap komitmen dengan Islam Wasathiyah. Jalan yang selama  sudah dijalankan Muhammadiyah dengan tepat. "Membangun prakondisi masyarakat yang tidak tersekat antara sikap othering tadi," ujarnya.

Siti memaparkan rasa kecurigaan yang sangat tinggi antar-kelompok saat ini telah menciptakan prakondisi terus memanas seperti sekarang. Untuk itu, Muhammadiyah harus bisa mengurai suasana yg sudah sangat tidak sehat ini, membangun suasana demokrasi yang cerdas.

Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Salahuddin Sandiaga Uno yang hadir sebagai salah satu pembicara di pengkajian ramadhan menyampaikan komitmennya merangkul semua pihak. "Saya komit, walau pun kita bergerak dengan konsep 'winners take all' (pemenang adalah peraih suara mayoritas), semua akan kita rangkul," ujarnya. Semua itu, kata dia, demi kemashlahatan bersama dan persatuan demokrasi indonesia khususnya jakarta.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'thi menambahkan, pengkajian ramadhan  ini upaya untuk meneguhkan sikap dan keberagamaan yang akhir akhir ini sering dipermasalahkan. Muhammadiyah akan tetap megang manhaj washathiyah itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement