Rabu 07 Jun 2017 22:15 WIB

Pemasangan Iklan Bahaya Merokok Masih Sulit

Seorang pelajar SMP mencopot spanduk rokok yang berada di sebuah warung.
Foto: Iggoy El Fitra/Antara
Seorang pelajar SMP mencopot spanduk rokok yang berada di sebuah warung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) dr Prijo Sidipratomo SpRad mengatakan pemasangan iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok masih sulit. Alhasil, jumlahnya tidak sebanding dengan iklan rokok yang banyak bertebaran di berbagai media.

"Untuk memasang iklan layanan masyarakat di media tidak mudah. Perlu perjuangan untuk meyakinkan pengambil kebijakan karena kita bersaing dengan iklan komersial," kata Prijo dihubungi di Jakarta, Rabu (7/6).

Prijo mengatakan memang ada beberapa pihak yang memberikan slot gratis untuk iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok, yang merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan.

Namun, ada juga beberapa pihak yang tetap mengharuskan iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok membayar sebagaimana iklan komersial.

"Misalnya iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok yang ditayangkan di televisi, kami mendapatkan bantuan dari Kementerian Kesehatan. Kalau kami sendiri, banyak televisi yang masih menerapkan slot iklan komersial," ujar Priyo. 

Menurut Prijo, di tengah terpaan iklan rokok yang saat ini sangat banyak dan cukup bebas meskipun dibatasi, media dapat bersikap berimbang dengan memberikan kemudahan ruang bagi penayangan iklan bahaya merokok.

Pada Selasa (6/6), Komnas Pengendalian Tembakau bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) meluncurkan iklan layanan masyarakat "Ngerokok Cuma Bakar Uang". Iklan bergambar tangan yang sedang membuka dompet kosong itu dipasang di sisi bus. 

Ada 21 bus Transkjakarta yang akan dipasang iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok ini. Iklan di bus Transjakarta ini bertujuan mengingatkan kembali kepada masyarakat akan kerugian "membakar uang" dalam konsumsi rokok.

Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah mengatakan iklan di bus Transjakarta bakal efektif karena semua warga yang melihat iklan tersebut akan membacanya. "Dompetnya jadi kosong kalau merokok. Itu pesan utamanya. Merokok hanya membakar uang sehingga dompetnya jadi kosong," ujar dia. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berharap semua masyarakat memiliki kesadaran bahwa rokok hanya membakar isi dompet sehingga berhenti merokok. Saefullah mengatakan uang untuk membeli rokok pun dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan kualitas makanan anak. 

Saefullah mengatakan pemasangan iklan ini tidak dikenai pajak. "Pajak kan kita ambil dari pengusaha, dicollect, kembali ke masyarakat lagi. Kalau ini kan langsung kembali ke masyarakat," katanya. 

Direktur PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan iklan layanan masyarakat ini akan tayang pada 21 bus. Yakni 1 bus gandeng, 10 bus single, dan 10 bus pink

"Kita lihat nanti efektifitasnya, karena ini pesan masyarakat. Tapi kami positif," kata dia.

sumber : Noer Qomariah Kusumawardhani & Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement