Kamis 08 Jun 2017 01:49 WIB

Pengucilan Qatar Dinilai Jadi Guncangan Bagi Dunia Islam

Rep: Santi Sopia/ Red: Bilal Ramadhan
 Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Rofi Munawar
Foto: dok : Humas FPKS DPR RI
Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Rofi Munawar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi Munawar menilai pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan Arab Saudi dan para sekutunya terhadap Qatar diyakini akan mengguncang dunia Islam. Menurut dia, sebaiknya hal itu tidak perlu terjadi.

Ia mengatakan pola penanganan masalahnya bisa diselesaikan melalui jalur diplomasi dan komunikasi politik antar negara teluk tersebut. Bagaimanapun Qatar yang tergabung dalam Gulf Country Countinent (GCC), kata dia, memiliki peran strategis dan menentukan dalam berbagai persoalan di timur tengah atau bahkan dunia.

"Pengucilan Qatar dipastikan akan memengaruhi konstalasi politik di Timur Tengah  dan dunia pada umumnya. Karenanya perlu usaha konstruktif dan dialog untuk memastikan bahwa usaha diplomasi adalah satu-satunya jalan terbaik keluar dari krisis ini," kata Rofi Munawar dalam keterangannya, Rabu (7/6).

Legislator asal Jawa Timur ini menambahkan, dirinya cukup terkejut dengan langkah drastis yang dilakukan oleh Arab Saudi dan sekutu kulturalnya seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab terhadap Qatar. Terlebih mereka semua tergabung dalam negara persemakmuran teluk, yang memiliki potensi  sangat luar biasa di tingkat kawasan.

Dia menyesalkan pungucilan ini. Sebab itu, menurutnya, menjadi bukti bahwa proses diplomasi dan kesepahaman politik tidak berjalan optimal di antara negara-negara teluk. "Tentu kita berharap ini tidak berlarut-larut dan melibatkan lebih banyak pihak karena akan membuat situasi semakin tidak kondusif," tutur Rofi.

Anggota Komisi VII DPR ini juga memandang pengucilan berupa pemutusan hubungan diplomatik dan embargo ini akan mempengaruhi harga komoditas energi dunia, khususnya Liquefied Natural Gas (LNG). Mengingat negara tersebut saat ini merupakan produsen gas alam cair terbesar di dunia.

Rofi' juga meminta pemerintah Indonesia tetap berpegang teguh dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif dalam mensikapi krisis ini, dengan mendorong negara-negara yang berseteru membangun komunikasi yang konstruktif.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu secara proaktif memastikan proses mitigasi terhadap ratusan ribu pekerja Indonesia yang saat ini berkerja di Qatar. Indonesia harus senantiasa membangun dialog yang positif dengan seluruh pihak yang berseteru.

"Langkah-langkah diplomatik yang terencana dan terukur diperlukan untuk memastikan proses kerjasama dengan negara-negara tersebut tidak terganggu dan menggangu investasi di Indonesia" katanya.

Secara sepihak Arab Saudi memutus hubungan diplomatik bersama sekutunya Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Yaman, Mesir, Libya, Maladewa dan Mauritis. Langkah ini dilakukan, karena selama ini Qatar dianggap mendukung dan melindungi kelompok-kelompok teroris dan ekstrem, meski Qatar sendiri telah membantahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement