REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Militan ISIS menyerang parlemen Iran dan Mausoleum Ayatollah Khomeini di Teheran, Rabu (7/6). Aparat keamanan Teheran menuding Arab Saudi terlibat dalam serangan yang telah menewaskan sedikitnya 12 orang itu.
Korps Garda Revolusi Islam menuduh Arab Saudi berada di balik aksi serangan, sebuah insiden yang disebut langka di Iran. Serangan teroris ini disebut terjadi hanya sepekan setelah pertemuan antara Presiden AS (Donald Trump) dan salah satu pemimpin Saudi.
"Fakta ISIS mengklaim bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan, mereka terlibat dalam serangan brutal tersebut," kata militer Iran dilansir Reuters.
Sementara Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir, yang berbicara di Berlin, mengatakan dirinya tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan. Ia menyebut tidak ada bukti bahwa ekstremis Saudi terlibat.
Serangan ini telah memicu ketegangan yang mendidih antara Iran dan Arab Saudi saat mereka bersaing mengendalikan Teluk dan pengaruh di dunia Islam yang lebih luas. Beberapa hari setelahnya Arab Saudi bersama tujuh negara sekutu lainnya memutus hubungan diplomatik dengan Qatar karena Qatar dianggap mendukung Teheran dan kelompok militan.
ISIS merilis pernyataan lewat video bahwa merekalah yang melakukan serangan di Iran tersebut. Ini diakui sebagai serangan pertama ISIS di ISIS. Adapun kepolisian Iran telah menangkap lima tersangka atas serangan tersebut.