Kamis 08 Jun 2017 07:28 WIB

Comey Ceritakan Pertemuan Pertama dengan Trump

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Mantan direktur FBI James Comey (file)
Foto: Reuters/Kevin Lamarque
Mantan direktur FBI James Comey (file)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan direktur FBI James Comey akan memberi kesaksian di hadapan senat Amerika Serikat (AS) terkait kasus dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu negara itu pada November 2016. Ia disebut akan terlebih dahulu memberikan informasi personal mengenai Presiden Donald Trump.

Dilansir dari BBC, pria berusia 56 tahun itu pada Kamis (8/6) hari ini akan menceritakan bagaimana pertemuan pertama yang ia lakukan dengan Trump pada 6 Januari lalu. Dari sana, Trump mengatakan bagaimana ia ingin menciptakan sebuah hubungan patronase dan meminta kesetiaan Comey.

Sebelumnya, Comey pernah memberi sebuah memo yang mengatakan Trump pernah meminta FBI mengakhiri penyelidikan tentang hubungan mantan penasihat keamanan nasional AS Michael Flynn dengan Rusia. Pernyataan itu menjadi salah satu hal yang akan dibahas dan diselidiki lebih lanjut oleh Komite Intelijen Senat.

Ia juga akan memberikan rincian tentang interaksi yang dilakukan dengan Trump menjelang pemecatannya pada 9 Mei lalu. Pemberhentian Comey telah menimbulkan sejumlah kritik dari banyak pihak, khsuusnya politikus Partai Demokrat.

Keputusan yang diambil oleh Trump membuat banyak orang meyakini Gedung Putih berusaha mengintervensi FBI di tengah penyelidikan tentang campur tangan Rusia. Sejumlah politikus Partai Demokrat menilai pria berusia 70 tahun itu melakukan langkah yang sama dengan mantan presiden AS Richard Nixon pada 1973 lalu. Saat itu, pemecatan terhadap seorang jaksa independen yang ditugaskan untuk menyidik kasus skandal Watergate dilakukan.

Dalam surat pemecatan, Trump menyebut diperlukan kembali kepercayaan publik terhadap FBI. Comey dianggap mencederai jalannya pemilu AS tahun lalu dengan membuka penyelidikan skandal surat elektronik Hillary Clinton.

Badan intelijen AS hingga saat ini nampaknya bahwa Rusia mencoba mencampuri pemilu AS 2016 untuk mendukung Trump, termasuk dalam dugaan peretasan yang dilakukan selama proses pemungutan suara berlangsung.

Saat ini mantan direktur FBI Robert Mueler telah ditetapkan menjadi penasihat khusus untuk mengawasi penyelidikan kasus tersebut. Penunjukkan ini diapresiasi banyak pihak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement