Kamis 08 Jun 2017 10:05 WIB

Pesawat Militer Myanmar Berisi 120 Orang Hilang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pesawat angkut militer Myanmar Y-8-200 F.
Foto: Reuters TV
Pesawat angkut militer Myanmar Y-8-200 F.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sebuah pesawat angkut militer Myanmar, dengan 120 orang di dalamnya, dinyatakan hilang pada Rabu (7/6) dalam sebuah penerbangan dari Myanmar selatan ke Yangon. Juru bicara militer Myanmar Jenderal Myan Min Oo mengatakan pesawat diduga jatuh ke laut karena jalurnya akan melewati Laut Andaman.

Ia menjelaskan pesawat turboprop Y-8 buatan Cina itu membawa 106 penumpang, yang sebagian besar adalah keluarga personel militer, serta 14 kru. Bukan hal yang aneh jika penerbangan dengan pesawat militer turut membawa warga sipil karena untuk mengurangi biaya transportasi bagi keluarga militer yang ditempatkan di daerah terpencil.

"Pesawat militer hilang dan kehilangan kontak setelah lepas landas dari Myeik, dan sekarang militer sedang melakukan pencarian di laut dan udara dengan kapal angkatan laut dan pesawat militer, serta sedang mempersiapkan operasi penyelamatan," kata Min Oo.

Myeik, yang juga dikenal dengan Mergui, adalah sebuah kota di pantai Andaman di wilayah tenggara Myanmar.

Sebuah pengumuman yang diposting di halaman Facebook komandan militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan, pesawat tersebut lepas landas dari Myeik pada pukul 13.06 waktu setempat. Hilang kontak kemudian terjadi pada pukul 13.35, saat pesawat diyakini telah terbang sejauh sekitar 32 Km ke barat Dawei, yang sebelumnya dikenal dengan nama Tavoy.

Pengumuman militer tersebut mengatakan Myanmar menerima pesawat Y-8 pada Maret tahun lalu, dan sejak saat itu telah mencatat 809 jam terbang. Dalam pengumuman kedua yang dikeluarkan pada Rabu malam (7/6), militer Myanmar mengatakan enam kapal angkatan laut dan tiga pesawat militer telah dikerahkan untuk mencari pesawat yang hilang tersebut.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement