Kamis 08 Jun 2017 14:21 WIB

ISIS Terpukul di Basis Terakhir, Mosul dan Raqqa

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana Kota Mosul, Irak yang dilanda peperangan.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Suasana Kota Mosul, Irak yang dilanda peperangan.

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menghadapi pertempuran berat di Mosul, Irak. Kelompok militan itu telah kehilangan sebagian besar wilayah mereka di kota terbesar kedua di Irak tersebut.

Mosul dikuasai oleh ISIS pertama kali pada Juni 2014 lalu.  Serangan ofensif untuk memukul mundur kelompok itu dari Mosul dimulai pada Oktober 2016 lalu oleh pasukan Pemerintah Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi, dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).

Kelompok teroris itu saat ini dilaporkan hanya menguasai distrik-distrik di barat laut Mosul. Termasuk di antaranya adalah wilayah Kota Tua yang merupakan kawasan pusat kebudayaan dan sejarah.

Atas kemajuan dalam memukul mundur ISIS di Mosul, langkah yang sama juga akan dilakukan di Raqqa, Suriah. Saat ini, pasukan koalisi AS telah dikerahkan di bagian timur kota untuk menyerang kelompok itu.

"Kami telah sampai ke wilayah terakhir ISIS di Mosul dan saat ini mereka juga sudah kehilangan sebagian wilayah Raqqa dan pertempuran di kota itu akan semakin intensif," ujar utusan AS untuk koalisi internasional melawan ISIS, Brett McGurk seperti dilansir The Independent, Kamis (8/6).

Meski demikian, McGurk mengatakan kemajuan yang cepat dalam memukul mundur ISIS di Irak dan Suriah bukanlah akhir dari segalanya. Ia menilai, kekalahan kelompok itu sepenuhnya dapat dicapai melalui usaha jangka panjang.

Prediksi kemenangan pasukan koalisi dalam menghadapi ISIS di Raqqa sebelumnya disebut dapat lebih cepat. Namun, keraguan datang mengingat pengalaman pertempuran di Mosul.

Pertempuran di Mosul sudah berlangsung selama tujuh bulan. PBB melaporkan sebanyak lebih dari 8000 warga sipil tewas maupun terluka. Jumlah tersebut didapat berdasarkan catatan dari mereka yang berhasil mendapat penanganan medis.

Karena itu, setiap orang berhati-hati dalam memprediksi kemenangan yang akan dicapai atas ISIS di Raqqa. Salah satu pasukan Kurdi Suriah Unit Perlindungan Rakyat (YPG) yang ikut serta dalam pertempuran melawan kelompok itu mengatakan, ada beberapa kejanggalan yang mereka temui di sana.

Beberapa di antaranya adalah mudahnya pasukan anti-ISIS masuk ke Raqqa. Tanpa adanya perlawanan berarti, mereka dapat mencapai 1,5 kilometer dari perbatasan kota itu hanya dalam waktu beberapa jam.

"Kami dapat maju sejauh 1,5 kilometer dalam beberapa jam dan kini pusat kota hanya berjarak sekitar dua kilometer," ujar seorang anggota YPG dalam kondisi anonimitas.

Baca juga,  Pasukan Irak Terlibat Bentrokan Sengit dengan ISIS di Mosul.

ISIS nampaknya hendak melakukan perlawanan secara gerilya. Hal ini dinilai jauh lebih berbahaya karena strategi yang lebih jitu untuk menghadapi serangan secara tiba-tiba dari lawan yang bersembunyi jauh lebih sulit.

Penembak jitu, ranjau, dan jebakan selama ini membuat kelambatan dalam kemajuan pasukan anti-ISIS. Banyak anggota kelompok itu yang memiliki persembunyian di terowongan bawah tanah, hingga banyak area lainnya yang tak terduga.

Salah satu referensi pasukan anti-ISIS saat ini adalah informasi yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 450 hingga 800 anggota kelompok itu yang berhadapan langsung dalam pertempuran di Mosul. Sisa dari sekitar 2.500 hingga 4.000 anggota lainnya menjalankan strategi gerilya.

Beberapa analis meyakini ISIS masih memiliki 36 ribu anggota yang berada di Irak dan Suriah. Mereka nampaknya kembali menjalankan strategi perang secara diam-diam, seperti apa yang dilakukan sebelum merebut Mosul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement