REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pikirkanlah sebuah lagu yang telah menjadi semacam soundtrack bagi kehidupan anda ketika jatuh cinta atau mengobati rasa sakit hati. Mengapa kita merasakan ikatan emosional dengan musik?
"Seperti halnya fungsi bulu pada burung merak, musik digunakan manusia untuk menarik lawan jenis. Manusia telah menulis lagu-lagu cinta selama berabad-abad," demikian dikatakan seorang psikolog dari Universitas Western Sydney, Sandra Garrido.
Mengingat hari-hari belakangan ini dimana kita mengakses begitu banyak jenis musik, sebagai bagian dari perayaan musik di stasiun radio ABC Classic FM, kami bertanya: "dapatkah ilmu pengetahuan membantu anda memutuskan musik apa yang akan membuat bergairah?"
Sebelum perangkat pemutar musik dan daftar lagu yang bisa disusun sesuka hati digunakan setiap hari, kehidupan manusia jauh lebih sederhana. Pada 1990-an, pakar psikologi Profesor Adrian North dari Curtin University melakukan penelitian yang menanyakan apa yang dianggap sebagai musik romantis.
Dia bertanya kepada ratusan mahasiswa psikologi mengenai jenis musik apa yang ingin mereka dengarkan dalam 17 jenis situasi sosial berbeda, termasuk makan malam di bawah temaram cahaya lilin yang romantis.
Secara mengejutkan tanggapan para mahasiswa ternyata sangat seragam. Untuk kencan romantis mereka ingin mendengar "musik yang lebih tenang dan lebih lambat, dengan nada menenangkan," kata Profesor North. Ini adalah jenis musik yang mencakup keheningan tapi tidak menghalangi percakapan.
"Sangat menarik mengetahui betapa banyak kesepakatan mengenai jenis musik yang ingin mereka dengarkan," katanya.
Tetapi Prof North bertanya apakah mahasiswanya hanya menyuarakan stereotip budaya 1990-an lantaran mereka dijejali film, iklan dan perusahaan rekaman tentang musik romantis itu yang seharusnya.
Dasar biologis
Dr Sandra Garrido mengatakan preferensi musik kita mungkin dipengaruhi oleh imperatif evolusioner yang lebih dalam. Dia meyakini hal tersebut banyak kaitannya dengan bagaimana musik bisa mengomunikasikan emosi di dalam suara manusia.
"Kami secara evolusioner diprogram untuk menanggapi isyarat tertentu di dalam suara manusia dan menganggapnya sebagai ekspresi emosi tertentu," katanya.
"Ketika ciri-ciri yang sama terjadi di dalam musik, kita meresponsnya dengan cara yang sama, seolah-olah dilakukan oleh seseorang yang berada di hadapan kita."
Dr Garrido mengatakan suara manusia memiliki modulasi yang lebih rendah dan lebih monoton dalam mengkomunikasikan kesedihan. Hal ini berarti kita melihat musik yang meniru kontur ini juga sebagai hal yang menyedihkannya. Menurut dia, studi menunjukkan manusia telah berevolusi untuk mendapati kalau suara bertekanan rendah adalah seksi. Dan musik yang meniru nada rendah bisa membangkitkan perasaan serupa.
"Ketika seseorang merasa seksi, suara mereka pada umumnya memiliki lengkingan yang lebih rendah," kata Dr Garrido."Dan musik dengan nada rendah dan tempo yang lambat namun berirama tampil sebagai sesuatu yang romantis dan seksi."
Dr Garrido mengatakan ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa mendengarkan musik menenangkan meningkatkan kadar oksitosin - 'hormon cinta' atau 'reaksi kimia untuk berpelukan'.
Suasana romantis
Tapi manusia - dan musik yang kita ciptakan - telah mengalami perkembangan yang sangat jauh. Preferensi terhadap gaya musik tertentu untuk romantisme kecil kecenderungannya berlaku universal di era ponsel pintar dan layanan streaming musik seperti sekarang.
"Ada perberbedaan yang mempengaruhi respons kita terhadap musik," kata Dr Garrido.
Cara kita memandang musik dan lirik juga dipengaruhi oleh pengalaman, kenangan, asosiasi dan selera kita. Jadi mungkin saja orang bisa menominasikan sebuah musik sebagai hal yang romantis yang tidak mencerminkan stereotip budaya berupa sesuatu yang bernada "rendah, lamban dan tenang", katanya.
"Jadi hal ini benar-benar sangat subjektif."
Jika sedang berusaha menata suasana hati, temuan ini mungkin membantu jika orang yang Anda coba rayu memiliki selera musik yang sama. Penelitian Dr Garrido baru-baru ini menunjukkan bahwa orang memilih lagu dari semua genre untuk situasi romantis. Mungkin memang tidak begitu populer, tapi ada pula yang mengajukan musik hard rock dan metal.
"Jadi trik dalam situasi berkencan adalah - jika berusaha untuk mengatur suasana hati atau mood - Anda harus memastikan bahwa orang yang Anda rayu memiliki selera musik yang sama. Jika tidak, musik itu tidak akan memberi efek seperti yang anda inginkan."
Temuan itu juga menunjukkan bahwa kita menganggap seseorang lebih menarik pada saat kita sedang mendengarkan musik yang kita sukai, kata Prof North. Dalam sebuah penelitian, orang diminta menilai daya tarik fisik individu dalam sebuah foto sambil mendengarkan berbagai jenis musik. Mereka secara konsisten menilai orang lebih menarik saat mereka menyukai musik yang sedang mereka dengarkan.
Berbagi selera musik yang sama juga ditunjukkan untuk mendorong orang membentuk ikatan sosial. Jadi meski mungkin ada alasan untuk memilih musik yang menenangkan sebagai medium rayuan, penelitian ini menunjukkan jika Anda dan pasangan menyukai gaya musik berbeda, maka mendengarkan berbagai jenis musik itu dapat meningkatkan ketertarikan dan ikatan Anda berdua.
Diterjemahkan pukul 21:00 WIB, 7/6/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.