REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbesar yang menyerang perempuan Indonesia. Berdasarkan penelitian, 99,7 persen kasus kanker serviks disebabkan Human Papillomavirus (HPV). HPV diketahui terdiri atas lebih dari 100 serotipe virus, tapi tidak semua serotipe virus tersebut dapat memicu terjadinya kanker serviks.
Diketahui, hanya 20 serotipe HPV yang dapat menyebabkan terjadinya kanker tersebut. Di antara serotipe-serotipe HPV penyebab kanker, serotipe HPV 16, dan HPV 18 yang merupakan penyebab kanker serviks terbanyak. "Penelitian membuktikan, HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia," kata Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof Dr dr Andrijono SpOG(K).
Ia menerangkan, meski kanker serviks merupakan penyakit ganas yang dapat mematikan, kesadaran untuk melakukan pencegahan kanker serviks di Indonesia umumnya masih kurang. Andrijono mengungkapkan sekitar 70 sampai 82,3 persen pasien baru datang ke dokter ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut. Padahal, seperti kanker lainnya, penanganan kanker serviks pada stadium lanjut cenderung lebih sulit. "(Pada pasien stadium lanjut) Rata-rata yang bertahan hidup setelah dua tahun tinggal enam persen (berdasarkan data RSCM)," ujarnya.
Menurutnya, ada dua upaya pencegahan utama bagi kanker serviks, yang salah satunya ialah upaya pencegahan sekunder melalui skrining. Skrining kanker serviks dilakukan melalui papsmear ataupun metode IVA. Upaya pencegahan primer dari kanker serviks ialah pemberian vaksin HPV. Vaksin HPV yang digunakanan di Indonesia ialah vaksin kuadrivalen (empat serotipe virus). Vaksin ini dapat memberi perlindungan dari ancaman infeksi HPV 6, HPV 11, HPV 16, dan HPV 18.
(Baca Juga: Innalillahi, Julia Perez Tutup Usia)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap dua menit seorang perempuan meninggal dunia akibat penyakit akibat infeksi Human Papilloma Virus (HPV) ini. Di Indonesia, angka kasus kanker serviks juga cukup tinggi. Setiap hari, tak kurang 40 orang perempuan terdiagnosis penyakit ini. Tak pelak, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menempatkan kanker serviks sebagai penyakit 'pembunuh' perempuan nomor satu.
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi munculnya penyakit kanker serviks ini. "Salah satunya adalah pembalut yang sering kita pakai," ungkap spesialis kebidanan dan kandungan di RSI Sultan Agung, Semarang, dr Yulice Soraya Nur Intan SpOG.
Dia menyampaikan, tidak semua pembalut dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker serviks. Menurutnya, pembalut yang dibuat dari bahan-bahan, seperti kertas bekas dan serbuk kayu (pulp) berpotensi menjadi tempat berkembangnya bakteri dan kuman pencetus kanker serviks ini. Selain itu, zat pemutih untuk memutihkan bahan tersebut (dioksin) diduga memicu kuman penyebar virus kanker serviks. "Oleh karena itu, penting mengenali bahan pembalut yang berpotensi memicu kanker serviks." ujar dia.
Yulice menyebutkan beberapa tips mencermati pembalut yang perlu diperhatian perempuan. Cara paling mudah adalah mengambil bagian inti pembalut dan dicelupkan dalam gelas berisi air. Jika terjadi perubahan warna dan hancurnya bahan inti maka besar kemungkinan pembalutnya mengandung zat pemutih. "Itu kualitas produknya buruk," kata Yulice.
Masih ada faktor lain yang menjadi penyebab munculnya penyakit kanker serviks ini, yaitu perempuan yang menerapkan pola hidup tidak sehat. Contohnya, sering berganti pasangan dalam berhubungan intim, merokok, dan faktor kekurangan vitamin. Untuk itu, dia menganjurkan tindakan penegahan kanker serviks sedini mungkin. Soalnya, kanker ini tidak menunjukkan gejala spesifik apa pun pada fase prakanker.
"Sebelum terlambat, kita mengenali berbagai faktor penyebab dan mengurangi semaksimal mungkin aktivitas yang berisiko terhadap penyakit kanker serviks ini," ujar Yulice.
(Baca Juga: Perjalanan Julia Perez Melawan Kanker Mulut Rahim)