REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kebiasaan yang sudah ditinggalkan oleh masyarakat saat ini adalah berkirim kartu ucapan selamat hari raya kepada kenalan ataupun kerabat. Sejak berkembangnya teknologi informasi dewasa ini, orang-orang tak lagi mengandalkan kartu atau surat sebagai media untuk menyampaikan pesan. Kini, mereka cukup mengirimkan ucapan selamatnya melalui SMS, media sosial, ataupun pesan daring (dalam jaringan) di aplikasi Whatsapp.
Hingga awal 2000-an, saat beberapa hari menjelang Idul Fitri, para pedagang kartu ucapan selamat hari raya masih dapat kita jumpai berjejer di pinggir jalan-jalan kota. Sekarang, pemandangan semacam itu praktis lenyap. "Perkembangan teknologi telah mengubah perilaku manusia," ujar salah seorang warga Kedunghalang Bogor Jawa Barat, Yusuf Jamali (60 tahun), kepada Republika, Rabu (7/6).
Pengusaha cetak dan sablon itu mengatakan, momen Idul Fitri di masa lalu betul-betul menjadi kesempatan yang membawa keuntungan tersendiri buat orang-orang sepertinya. Bagaimana tidak. Setiap tahun, Yusuf selalu kebanjiran pesanan dari berbagai instansi untuk mencetak kartu ucapan selamat hari raya.
"Dulu, setiap mau Lebaran, saya bisa mencetak hingga ribuan kartu. Tiap-tiap instansi yang menggunakan jasa percetakan saya pada waktu itu rata-rata memesan 100 hingga 150 kartu," ujarnya.
Menurut Yusuf, proses yang mesti dia lakukan untuk mencetak kartu ucapan selamat hari raya dulu tidaklah mudah. Pertama-tama, dia harus memikirkan bagaimana membuat desain kartu yang cantik dan elegan. Untuk itu, dia mencoba mencari inspirasi dengan berbagai macam cara. Dari mengamati gambar-gambar masjid megah yang terdapat di kalender hingga mencari foto-foto yang memuat arsitektur Islam lainnya.
"Keunggulan desain kartu menjadi salah satu kunci para pelaku usaha percetakan untuk merebut hati konsumen. Untuk merampungkan tahap desain itu saja, mereka sudah harus bekerja ekstra keras," ujar dia.
Selain desain, Yusuf juga harus memikirkan bagaimana caranya mengemas kartu-kartu buatannya agar terlihat makin unik dan apik. Untuk itu, dia mencoba menggunakan bahan-bahan alami semisal daun kelapa—yang dianyam menyerupai ketupat—sebagai ornamen penghias kartunya.
Selanjutnya, saat memasuki tahap pencetakan pun, pekerjaan yang dilakukan Yusuf juga tidak mudah. Dia harus menyablon kartu-kartu itu satu per satu dengan menggunakan sistem cetak offset. Lewat sistem tersebut, gambar bertinta ditransfer terlebih dahulu dari pelat ke lembaran karet. Setelah itu, barulah gambar tadi ditransfer lagi ke permukaan kertas atau kartu yang akan dicetak.
"Pencetakan kartu dengan menggunakan sistem offset ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Karena, kalau salah sedikit saja, bisa-bisa kualitas gambar yang dihasilkan jadi jelek dan tak layak jual," katanya menjelaskan.