REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebagian peserta eksibisi kaligrafi di Gebyar Ramadhan memanfaatkan ajang ini sebagai nostalgia baik dengan teman lama maupun dengan kegiatan melukis yang sudah lama belum mereka lakukan lagi.
Salah satu peserta eksibisi kaligrafi di Gebyar Ramadhan, Sunarna, mengaku mengikuti eksibisi untuk mencari pengalaman sebab ia jarang membuat kaligrafi dan lebih sering membuat lukisan. Apalagi dulu sempat sering menggambar mengingat kuliahnya di jurusan seni rupa di Yogyakarta.
Selain nostalgia bersama teman-teman sesama seniman lukis dan murid-muridnya dulu, guru seni budaya SMK 5 Mataram itu juga menjadikan eksibisi ini sabagai sarana penyegaran diri sambil mengisi Ramadhan. ''Bagus kalau acara seperti ini sering ada,'' kata Sunarna di sela-sela pembuatan kaligrafinya di area Kampung Ramadhan, Ahad (11/6).
Komunitas lukis kaligrafi umumnya di sekolah tinggi Alquran atau pesantren. Mataram sendiri punya komunitas lukis tapi tidak spesifik kaligrafi. Membuat kaligrafi sebenarnya tidak memakan waktu sampai sehari. Namun kegiatan ini merupakan kegiatan yang bisa dilanjutkan bisa sedang kurang semangat.
Ikut dalam eksibisi ini, Sunarna mengaku inspirasinya muncul begitu saja. Saat mencari kalimat yang kiranya akan dijadikan kaligrafi, di dalam kepalanya langsung muncul kalimat innallaha 'ala kulli syain qadiir. ''Kalimat ini muncul alami. Lalu saya berpikir pengembangannya. Saya ingin kaligrafi ini terkesan natural, alam terbuka, tidak terbatas,'' ungkap Sunarna.
Media kaligrafinya saat ini hanya kanvas dan cat minyak saja. Tantangan pada media ini ada pada proses penyelesaiannya yang agak lama karena bahan-bahannya non air. Selain Sunarna, ada empat guru SMK 5 Mataram lainnya yang ikut eksibisi ini. L Mereka mendengar informasi acara ini lima hari lalu dan tertarik mendaftar. Di SMK 5 Mataram sendiri ada pelajaran seni budaya melukis.
Untuk pendalaman, seni lukis atau kaligrafi jadi kegiatan ekstra saja untuk siswa. Peserta eksibisi lainnya, Tya, mengaku baru kali ini membuat kaligrafi. Sebab Tya lebih sering melukis terlebih ia sendiri baru menyelesaikan kuliah pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Semarang dengan lukis termasuk di dalamnya. ''Ini sebenarnya nambah pengalaman terutama untuk perkuat mental karena yang lain sudah lebih senior,'' kata Tya.
Tantangan membuat kaligrafi memakai cat minyak, Tya mengaku tidak ada karena ia sudah biasa. Tantangan yang ia hadapi di eksibisi ini justru ide. Rencananya, Tya akan menggambar dengan warna dingin dan lembut dengan tulisan Allah di atasnya. Fuji Pratiwi