REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin mengatakan, Indonesia perlu menampilkan peran sebagai penengah dan perantara terhadap gejolak yang terjadi di Timur Tengah. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang mayoritas muslim.
"Tapi lebih dari itu, karena Indonesia juga adalah negara dengan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, maka Indonesia bisa berada pada posisi netral sebagai mediator," ujar Din yang ditemui di rumah dinas wakil presiden, Senin (12/6).
Selain itu, Din optimistis Indonesia memiliki jangkauan untuk memainkan peran mediasi tersebut. Sebab, Indonesia memiliki hubungan baik dengan Arab Saudi, Mesir, dan Qatar. "Undang-Undang Dasar itu kan berbunyi bebas aktif. Saya membacanya yang belakangnya harus penting, aktif. Maka harus ada upaya cepat, segera, dan tepat dalam prinsip bebas aktid tadi," kata Din.
Menurut Din, pemerintah perlu segera mengirimkan utusan seperti menteri luar negeri atau bisa juga wakil presiden yang dikenal sebagai man of reconciliation. Apalagi Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla merupakan tokoh yang cukup dikenal di negara-negara Timur Tengah.
Peristiwa gejolak politik yang terjadi di Timur Tengah dinilai akan membawa dampak sistemik efek domino, dan implikasi politik maupun ekonomi bagi negara-negara Islam, termasuk Indonesia. Selain itu, konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah akan mencerminkan konflik internal dunia Islam yang serius, dan sangat potensial untuk membawa kepada perpecahan besar. Konflik tersebut juga membawa pro kontra di antara negara-negara di dunia termasuk negara major power seperti Amerika Serikat, dan Rusia.