REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Zakat dan PT HSBC Indonesia bersinergi demi membangun tujuh titik Desa Berdaya. Ketujuh titik itu di antaranya Pejaten Timur-Jakarta, Mekarsari-Bandung, Tamanan-Yogyakarta, Margorejo-Surabaya, Sedorejo Hilir-Medan, Marcini Raya-Makassar dan Banjar Serasan-Pontianak.
CEO Rumah Zakat, Nur Effendi mengatakan, tingkat kemiskinan memang semakin berkurang, tapi dalam empat tahun terakhir persentase dari penduduk miskin di daerah perkotaan masih relatif fluktuatif. Karena itu, salah satu komitmen Rumah Sakat untuk berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui Desa Berdaya.
"Fokus perlu dilakukan untuk secara konsisten menurunkan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin secara bersama-sama," kata Nur, Senin (12/6).
Dikatakan Nur, Desa Berdaya merupakan sebuah pendekatan yang komprehensif agar masyarakat desa bisa menanggulangi permasalahan sekaligus memperbaiki akses maupun layanan. Aksesnya, ada di dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. "Target tahun ini memberdayakan 1.080 desa," ujarnya.
Sejauh ini, Rumah Zakat telah membina 800 Desa Berdaya di 129 kota dan kabupaten di Indonesia, sehingga realisasi tambahan 280 Desa Berdaya bisa segera terwujud.
Senada, Head of Corporate Sustainability PT Bank HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko menuturkan, keberdayaan masyarakat salah satu faktor percepatakan ekonomi. "Untuk itu, sinergi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan menjadi agenda utama dalam program kemasyarakatan kami. Ini yang jadi landasan kerja sama program Desa Berdaya," ujar Nuni.
Nuni menambahkan, program mencakup edukasi pemberdayaan dari segi skill dan kewirausahaan, intervensi terhadap komunitas, dan di bidang kesehatan ada revitalisasi posyandu. Ia berharap, program itu dapat menarik institusi-institusi lain yang miliki kemampuan untuk turut berkontribusi.