Selasa 13 Jun 2017 16:57 WIB

Impor Daging Kerbau Beku Dinilai Kurang Tepat, Ini Alasannya

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Daging Kerbau
Daging Kerbau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan pemerintah mendatangkan daging kerbau beku asal India dinilai kurang tepat karena tidak disertai dengan infrastruktur pendukung. Infrastruktur yang dimaksud adalah cold chain atau rantai dingin untuk menjaga daging dalam kondisi baik.

Pengurus Asosiasi Pedagang Daging Indonesia Asnawi mengatakan, tujuan pemerintah melakukan intervensi dengan memasukkan daging kerbau beku adalah untuk memberi pilihan sumber daging merah kepada masyarakat.  "Namun masalahnya, ketersediaan pasar untuk lemari pendingin tidak semuanya tersedia," katanya di Jakarta, Selasa (13/6).

Menurut dia, seharusnya daging beku tidak diperbolehkan masuk ke dalam pasar tradisional karena infrastruktur yang tidak memenuhi. Seperti diketahui, daging beku perlu dijaga suhunya agar tidak mengalami kerusakan. Namun kenyataannya, daging beku bebas mengisi pasar tradisional. Pemerintah memilih mencabut dan mengganti payung hukum melalui Permendag dan Permentan yang tadinya melarang masuknya daging beku ke pasar tradisional.

"Sekarang ada payung hukumnya," ujar dia.

Asnawi mengungkapkan daging beku kerbau mendominasi 45 persen kebutuhan daging di Jakarta. Kebutuhan daging Jakarta sekitar 50-60 ribu ton per tahun. Sedikitnya ada 257 pasar di Jabodetabek dan 153-nya berada di Jakarta. Seharusnya, kata dia, minimal setengah dari angka tersebut memiliki lemari pendingin yang dibagi per lima wilayah. Namun kini hanya Pasar Minggu dan Pasar Jatinegara yang telah memiliki lemari pendingin.

Jika hal tersebut dipenuhi, maka ketersediaan daging beku dengan harga Rp 80 ribu per kg bisa tersedia. "Tidak seperti saat ini yang diakali oleh para pedagang pasar," ujarnya.

Asnawi menjelaskan, daging beku sulit untuk dipotong kecuali dengan mesin. Untuk itu perlu dilakukan thawing dan berdampak pada penyusutan hingga 15 persen. Hal tersebut membuat pedagang melakukan perhitungan dan menjual daging kerbau dengan harga Rp 90 ribu per kg.

Menurut dia, daging kerbau yang telah melalui tahap thawing atau penurunan suhu tampak serupa dengan daging sapi. Hal ini membuat konsumen dapat tertipu dengan penampilan yang ada, apalagi serat daging kerbau India serupa dengan daging sapi, tidak kasar seperti daging kerbau lokal. "Pedagang bisa saja bilang itu daging sapi," ujarnya. Untuk itu, masyarakat perlu melihat dengan jeli agar mendpaatkan daging sesuai dengan yang diinginkan. Ia juga mengimbau agar konsumen memperhatikan keberadaan kardus pembungkus untuk menjadi bukti jika daging yang dijual adalah daging kerbau beku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement