REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku industri kelapa sawit meminta pemerintah untuk tidak buru-buru menaikkan harga BBM. Direktur Eksekutif gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan, harga minyak dunia saat ini memang tengah terjadi kenaikan.
Namun demikian, kata dia, selama dua tahun terakhir harga minyak dunia juga pernah mengalami penurunan untuk periode yang cukup panjang. Tapi, saat itu tidak ada penyesuaian harga. "Sekarang baru tinggi sebentar sudah mau naik. Penyesuaian harga boleh, tapi harus fair dong," kata Fadhil, saat dihubungi Republika, Rabu (14/6).
Lebih lanjut, Fadhil meningatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menetapkan harga baru BBM. Sebab, dalam waktu yang sama, subsidi listrik untuk golongan tertentu juga dicabut. Ia khawatir hal-hal tersebut memicu inflasi yang tinggi. "Kita kan harus menjaga inflasi. Kalau semua naik tidak baik pada perekonomian secara keseluruhan."
Seperti diketahui, pemerintah lewat Kementerian ESDM saat ini tengah mengkaji harga BBM untuk periode Juli-September 2017. Setidaknya ada tiga parameter pembentukan harga premium dan solar bersubsidi, yaitu Mean of Plattes Singapore (MOPS), inflasi dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.
Sebelumnya, pada Mei 2017 terakhir harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) tercatat mengalami penurunan.
Pada April besaran ICP sekitar 49,56 dolar AS per barel dan Mei turun ke 47,09 AS per barel.