REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Serangan hama wereng yang mengakibatkan puluhan hektare areal persawahan di Banyumas gagal panen, secara tidak langsung ikut mempengaruhi kemampuan Bulog dalam melakukan penyerapan hasil panen.
''Saat ini, di beberapa lokasi di Kabupaten Banyumas sebenarnya sudah ada yang panen. Namun hasil panennya anjlok, karena serangan hama tikus dan wereng,'' kata Kasi Perencanaan dan Pengembangan Usaha Bulog Subdivre Banyumas, M Priyono, Jumat (16/6).
Dia menyebutkan, secara tidak langsung hal ini juga mempengaruhi pasokan beras ke Bulog yang dilakukan oleh mitra binaan. ''Sejak musim panen Februari 2017 lalu, kita sudah melakukan penyerapan. Namun saat ini, sudah sulit melakukan penyerapan karena harga beras sudah tinggi,'' katanya.
Menurutnya, bila hasil panen petani baik, biasanya harga gabah hasil panen juga akan ikut merosot. Pada saat itu, Bulog akan melakukan pennyerapan agar harga tidak terus anjlok. Namun sampai saat ini, harga beras masih stabil,'' katanya.
Dia menyebutkan, harga beras medium di pasaran wilayah Banyumas saat ini masih sekitar Rp 7.500-Rp 7.600 per kg. Padahal sebelumnya hanya Rp 7.100-Rp 7.200. ''Dengan harga setinggi ini, hanya tinggal beberapa orang mitra binaan saja yang memasok beras ke Bulog untuk menyelesaikan kontrak,'' katanya.
Ia mengatakan, saat masa panen masih berlangsung, serapan beras per hari bisa mencapai rata-rata 700 ton. Namun saat ini, bisa dikatakan sudah tidak ada pasokan. ''Sebenarnya kalau dikatakan kita menghentikan pasokan juga tidak. Tapi memang berhenti dengan sendirinya. Kalau sekarang masih ada yang mau setor, berapapun kita ambil asal harganya sesuai,'' ujarnya.
Priyono menambahkan, meski serapan beras ke bulog saat ini berkurang, namun dia menjamin pasokan beras di Banyumas aman hingga enam bulan ke depan. ''Stok di gudang sekarang sekitar 40 ribu ton, bisa untuk sekitar 6 bulan ke depan. Jadi Lebaran dipastikan tidak ada masalah,'' tambahnya.