REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Selama Ramadhan, umat Islam di Gaza cenderung senang berkumpul dengan keluarga mereka, terutama saat berbuka puasa. Namun, pemadaman listrik yang terjadi terus-menerus membuat sejumlah keluarga sulit berkumpul bersama di rumah-rumah mereka.
Pemadaman listrik yang terjadi selama 14 jam dalam sehari, memaksa mereka untuk berbuka puasa dalam gelap dan bahkan tidak bisa menggunakan kulkas. Mereka juga bergulat dengan masalah kesulitan air yang sangat dibutuhkan untuk memasak, mencuci, dan mandi sebelum shalat, karena kehabisan pasokan dalam tangki di atas atap rumah.
Beberapa warga Gaza akhirnya memutuskan untuk pergi ke pantai dan berbuka puasa bersama-sama. Sepanjang garis pantai Mediterania menjadi tujuan paling populer, daripada harus berada di dalam rumah yang gelap.
Mohammed Heji (29 tahun) menceritakan kepiluannya. Menurut dia, tidak mungkin baginya untuk mengundang keluarga ke rumahnya. Pemadaman bergilir membuat rumahnya hanya mampu menyala satu kali dalam lima hari saat waktu buka puasa tiba.
Tidak adanya listrik membuat ia harus menghemat air dan menggunakan lampu berdaya baterai yang tidak dapat memberikan penerangan cukup. Pria yang berprofesi sebagai insinyur IT ini mengaku telah berbuka puasa di pantai untuk yang ketiga kalinya sejak Ramadan dimulai dua pekan lalu.
"Ini satu-satunya titik nafas kami. Paling tidak kami bisa melihat apa yang kami makan. Terkadang di rumah kakak perempuan, saudara laki-laki, dan pamanmu juga tidak ada listrik, sehingga kau tidak tahu ke mana harus pergi," ungkap Heji.
Pantai-pantai itu penuh sesak dengan keluarga-keluarga yang berkumpul mengelilingi meja dan bangku beton dengan menghadap makanan yang dibungkus aluminium foil. Beberapa keluarga memanggang ayam dan membuat kebab daging sapi sambil menunggu waktu maghrib.
"Kami datang ke sini untuk berbuka puasa di pantai, kami bisa menikmati pantai," kata Mahmoud Al-Deiri, yang duduk bersama beberapa anggota keluarganya.
Namun, pemadaman listrik juga memberi dampak buruk bagi pantai, karena airnya telah terkontaminasi oleh limbah. Dengan demikian, bau tak sedap juga tak jarang tercium oleh warga Gaza yang sedang menikmati makanan buka puasa mereka.