REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Oesman Satpa Odang atau Oso serta Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie berbicara mengenai plularisme di Indonesia. Keduanya menyampaikan gagasannya mengenai gagasan soal keberagaman nusantara saat buka puasa bersama dengan masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat.
Dalam kesempatan itu, Oso menegaskan rakyat Indonesia sudah tidak perlu lagi memperdebatkan perbedaan suku, budaya dan bahasa, karena sudah final. Apalagi Indonesia sendiri sudah 75 tahun merdeka dari penjajahan. "Beda suku, bahasa sudah tidak perlu dipertentangkan lagi. Kita sudah final, kita adalah Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda kita tetap satu," kata Politikus Partai Hanura itu, dalam siaran persnya, Sabtu (17/6).
Kemudian terkait konflik antara etnis Melayu dengan Dayak di Pontianak, Oso, menyatakan sudah tidak ada lagi. Oso menilai masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Pontianak sudah terbiasa dengan perbedaan. Oleh karena itu, Oso meminta agar masyarakat Kalimantan Barat bersatu padu memajukan daerah.
Hal senada juga disampaikan oleh Jimly Asshiddiqie. Pakar Tata Negara itu menilai masyarakat Indonesia sudah sudah dewasa menghadapi keberagaman dalam kehidupannya. Bahkan Jimly menyebut Rakyat Indonesia memiliki sikap toleransi paling tinggi dibanding negara-negara lain di dunia.
Tidak ada negara lain yang suku, bahasa dan budaya sebanyak Indonesia. Indonesia juga terbagi oleh ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke. Tapi kita tetap bisa hidup berdampingan dan rukun," kata Jimly.