REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam adalah agama minoritas di Latvia. Pew Forum menyebutkan, jumlah Muslim Latvia diperkirakan mencapai 2.000 jiwa yang didominasi oleh penganut mazhab Sunni. Tak mudah menjadi minoritas di negara yang terletak di kawasan Baltik, Eropa Utara, ini. Berbeda dengan Yahudi yang juga minoritas, kondisi Muslim Latvia termarjinalkan.
Sejarah mencatat bahwa diskriminasi dan berbagai bentuk tekanan terhadap umat Islam. Pada 1940, misalnya, saat Soviet menduduki negara ini, mereka kerap mendapat tekanan. Akibat berbagai tekanan tersebut, umat lebih memilih penjara ketimbang melarikan diri.
Mereka menjadi tawanan tentara merah dan sebagiannya bekerja di Latvia. Saat itu, Shakir Husnetdinov tetap menjadi pemimpin. Hampir semua Muslim Latvia yang hidup sebelum perang hilang.
Gelombang baru imigran Muslim muncul saat pendudukan Soviet pada 1944. Mereka adalah orang Tatar Krimea. Lalu komu nitas Azeri dan Chechen muncul ber sama dengan kehadiran Muslim Asia Tengah.
Kalangan ini menganggap identitas dan tradisi Islam telah tercerabut dari Rusia.
Selama pendudukan Soviet atas Rusia, praktik keagamaan dibatasi. Soviet memper sempit ruang gerak organisasi keagamaan. Pada masa ini pula umat belum mendapatkan kesempatan shalat di masjid yang repersentatif. Demikian halnya terkait persoalan lain, seperti pemakaman.
Pada 1958, Dewan Komunitas Muslim Riga Riga Rufiya Sheviryova membangun pemakaman Muslim di Jekabpils, sebelah pemakaman Yahudi. Sebelum kompleks pemakaman Muslim tersebut dibangun, jenazah Muslim dimakamkan bersama di kompleks kuburan orang Yahudi dan sering menuai protes.