REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG) Maritim Tanjung Perak Eko Prasetyo mengingatkan masyarakat yang akan mudik melalui jalur laut lebih mewaspadai peluang terjadinya cuaca kurang kondusif akibat gelombang tinggi dalam beberapa hari ke depan. "Tinggi gelombang di utara maupun di selatan Jatim saat ini tinggi, meskipun besok dan lusa diperkirakan cenderung turun. Jadi, pelayaran atau masyarakat harus lebih waspada," kata Eko Prasetyo di Surabaya, Rabu (21/6) menanggapi masalah cuaca dan kelancaran arus mudik Lebaran 2017.
Tinggi gelombang di Laut Jawa, utara Jatim, saat ini berkisar 2,5 meter hingga tiga meter dengan kecepatan angin berkisar 45-50 kilometer per jam. Sedangkan di Samudera Hindia, selatan Jatim, berkisar 2,5 hingga 3,5 meter dengan kecepatan angin sekitar 50 hingga 55 kilometer per jam. Tinggi gelombang ini cukup berbahaya untuk kapal kecil.
Menurut Eko, tingginya gelombang di perairan tersebut merupakan salah satu dampak dari terjadinya konvergensi, yakni pertemuan angin dari berbagai penjuru sehingga meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang. Selain itu, ditambah dengan adanya fenomena "Eddy" yakni pusaran massa air di laut yang membawa uap air dan bisa menyebabkan hujan sporadis, lokal dengan intensitas ringan hingga sedang.
Eko mengimbau masyarakat yang akan mudik mewaspadai terjadinya genangan air di kawasan pesisir akibat fenomena alam pasang maksimum air laut pada 23-26 Juni 2017 yang ketinggiannya bisa mencapai 140 hingga 150 sentimeter. "Jalur mudik di pesisir utara maupun di selatan Jawa harus waspada karena fenomena pasang maksimum ini bisa menyebabkan genangan 10 sampai 20 sentimeter di daratan. Fenomena ini biasa terjadi pukul 10-12 WIB," katanya.
Fenomena pasang maksimum air laut merupakan siklus yang biasa terjadi pada awal atau akhir bulan Hijriah. "Memang tidak selalu menimbulkan rob, tapi tetap harus diwaspadai jangan sampai menimbulkan kerugian," kata Eko menambahkan.