Ahad 25 Jun 2017 06:30 WIB
Pesan Idul Fitri

Mewujudkan Umat yang Kuat

KH Miftah Faridl
Foto: Istimewa
KH Miftah Faridl

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:  KH Miftah Faridl *)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd…

Sejak kemarin, lebih dari satu miliar umat Islam di seantero dunia menggemakan takbir, membesarkan asma-Nya, membulatkan sikap tauhid atas eksistensi-Nya, mengagungkan segala kuasa-Nya. Hingga pagi ini, gemuruh takbir itu terus bergema mengisi ruang di antara langit dan bumi, karena hari ini adalah hari di mana seluruh umat mengikat kebersamaan, tanpa membeda-bedakan. Pada hari ini kita semua dapat berbagi, menyisir seluruh sudut tempat berteduhnya setiap insan yang papa untuk ikut merasakan betapa indahnya membahagiakan setiap hamba pada hari yang dihidangkan Allah ini.

Iedul Fitri adalah hari kemenangan. Kemenangan atas perjuangan menahan hawa nafsu, musuh besar bagi setiap insan. Kita menang. Kita sanggup mengalahkannya. Karena itu kita patut bersyukur atas kemenangan itu. Kita semua berbahagia. Tapi jangan lupa, kebahagiaan ini hakikatnya dari Allah yang kita harus kita bagi dengan sesama. Kemarin pun kita telah berbagi. Kita berbagi kebahagiaan melalui saluran fitrah yang tak seberapa. Ini kewajiban yang mengikat setiap kita. Zakat mengajak kita peduli. Zakat pula membuka lahan kita berbagi.

Kita dapat berbagi karena Rasulullah memberikan teladan bagaimana seharusnya kita dapat berbagi. Kita juga dapat berbagi karena kita punya. Insya Allah, apa yang telah kita bagi akan dinilai sebagai amal shalih, sebab Allah dan Rasul-Nya mencintai orang-orang yang suka berbagi, bukan orang-orang yang hanya berharap dapat dibagi. Tidak. Allah dan Rasul-Nya tidak suka pada orang-orang yang hanya meminta dan menungu dikasihani.

Inilah problem besar umat kita saat ini. Zakat hanya dipandang sebagi aset yang sangat konsumtif, tidak dilihat sebagai inspirasi yang dapat memicu produktivitas. Padahal dengan sangat jelas, sejarah perjalanan hidup Rasulullah adalah sejarah kerja keras, terutama untuk menghindari sikap menunggu yang mungkin akan menjadi beban sesamanya. Lihatlah sejarah perjuangan hidup Rasulullah pada 25 tahun pertamanya.

Benar bahwa Muhammad bin Abdullah adalah seorang Rasul Allah; dia seorang pemimpin umat; tapi pada saat yang sama dia juga adalah seorang pekerja keras. Sejak usia 8 tahun beliau sudah berusaha hidup mandiri, menjadi penggembala kambing kepunyaan orang-orang kaya pada waktu itu. Pada usia 12 tahun beliau sudah menjadi pedagang yang ulet, dan pada usia sekitar 25 tahun beliau dikenal menjadi pedagang yang sukses.

Kepada para shahabatnya beliau tunjukkan pentingnya membangun sebuah karakter yang kuat dan berjiwa besar; beliau tunjukkan bahwa rizki yang paling berkah adalah rizki yang diperoleh dari hasil prestasi kerja sendiri, bukan dari hasil pemberian orang lain. Karena itu para sahabat binaan beliau memiliki karakter gemar memberi dan malu meminta.

Mereka meminta hanya karena terpaksa. Banyak di antara mereka yang miskin, tetapi mereka tidak mau memperlihatkan kemiskinannya kepada pihak lain dengan cara banyak meminta. Beberapa sahabat Nabi tidak mau menerima pemberian dari pihak lain yang bernilai gratis tanpa kerja dan prestasi. Mereka lebih senang diberi tugas kerja untuk mendapatkan penghasilan daripada memperolah rizki karena belas kasihan orang.

Potret kerja keras Rasulullah hingga kini banyak tersebar dalam hadits-hadits dan sunnah-sunnahnya. Ini adalah pelajaran penting bagi kita umat Rasulullah. Jangan pernah menyerah pada kenyataan pahit yang menimpa diri kita. Inilah di antara pelajaran penting latihan Ramadhan yang baru saja kita lewati. Kita telah lulus menempuh ujian menahan diri yang harus kita lenjutkan pada bulan-bulan di luar Ramadhan, terutama untuk membangun umat yang kuat sesuai petunjuk dan teladan yang dicontohkan Rasulullah dengan para shahabatnya.

Sejumlah ayat Alurqan dan hadita-hadits Nabi telah cukup jelas memberikan pelajaran kepada kita tentang betapa pentingnya kerja keras, kerja tekun dan sungguh-sungguh untuk menyelamatkan diri dan umat secara keseluruhan. Ramadhan pula yang dengan tekun memberikan pelajaran bagi kita untuk tetap peduli sesama, sekaligus peduli memikirkan nasib keimanan dan kekuatan ekonomi bagi kehidupannya.

Ma’asyirol muslimin, jamaah Iedul Fitri yang dimuliakan Allah

Kejayaan ummat Islam di masa silam yang salah satunya ditandai oleh kemajuan di bidang ekonomi, khususnya perdagangan. Para sahabat Nabi, selain menjadi pejuang-pejuang pemberani, penyebar dakwah mengajak umat pada kebajikan, juga adalah pedagang-pedagang yang ulet dan jujur. Para khalifah Islam dari setiap dinasti pada umumnya terdiri dari para pemimpin yang mempunyai perhatian besar terhadap kemajuan ekonomi. Para pendakwah yang datang ke hampir seluruh pelosok dunia, antara lain juga terdiri dari para pedagang yang handal dan sukses.

Karena itu tidak berebihan jika setiap Muslim diperintahkan untuk bekerja keras mencari nafkah. Seorang Muslim yang baik antara lain nampak pada semangat dan kesungguhannya dalam be­kerja mencari nafkah. Prinsip Islam yang menyatakan bahwa orang yang memberi pasti lebih baik daripada orang yang diberi (yadul 'ulya khairun min yadissufla), mengisyaratkan dengan jelas tentang betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah agar bisa memberi.

Seorang Muslim harus berusaha dapat meringankan beban orang lain. Kalau ia tidak dapat meringankan beban orang lain, sekurang-kurangnya ia harus berusaha tidak membebani orang lain. Kalau bisa, seorang Mus­lim, selalu dapat menolong orang lain; kalau tidak bisa, sekurang-kurangnya jangan menjadi manusia yang hanya menjadi beban orang lain. Prinsip ajaran juga menyatakan bahwa kerja keras mencari nafkah bagi seorang Muslim merupakan ibadah kepada Allah SWT. Ia menjadi bagian penting dari jihad fisabilillah, kifarat penghapus dosa dan kesalahan. Ia juga dapat mengangkat derajat dan martabat dirinya di sisi Allah dan di sisi manusia.

Firman Allah 'Azza wa Jalla yang artinya: Maka apabila shalat telah selesai dilaksanakan, bertebaranlah di atas muka bumi ini dan carilah rizki karunia Allah dan ingatlah Allah sesering-seringnya supaya kamu beruntung (QS al-Jumu'ah, 62: 10).

Pada ayat yang lain dikatakan: Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At Taubah, 9: 105).

Lalu Rasulullah SAW memberikan penjelasan yang lebih operasional bagi kita: “Demi sekiranya di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu kemudian dipikul ke pasar untuk dijual dan dengan itu dapat menutup air mukanya (rasa malunya). Maka yang demikian itu lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain, baik jika mereka member! atau menolak padanya” (HR Bukhari).

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa, “Demi sekiranya salah seorang di antara kamu pergi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya. Maka itu lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain, baik jika ia diberi atau ditolak” (HR Bukhari Muslim).

Hadirin rahimakumullah,

Puasa yang baru saja kita tunaikan, tanpa disadari telah mendidik kita untuk menjadi hamba-hamba yang ikhlas, yang bekerja hanya untuk memperoleh ridla Allah SWT.

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Tuhan Alam Semesta” (QS, al-An'am, 6: 162).

Dan tidak ada kebahagiaan yang kita impikan kecuali kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Allah berfirman dalam kitab sucinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasibmu di dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash: 77)

Maka pada pagi yang berbahagia ini, kita refleksikan dalam niat dan perbuatan kita. Kita lekukan yang terbaik untuk Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan kesanggupan kita masing-masing. Allah berfirman: “Katakanlah, ‘Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya aku pun berbuat pula. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesung-guhnya orang-orang yang zhalim itu tidak akan men-dapat keberuntungan’" (QS, al-An'am, 6: 135).

Hadirin jamaah Iedul Fitri yang berbahagia,

Meski Allah begitu kuat mendisiplin kita dalam bekerja, tapi pada saat yang sama Allah pun mengingatkan kita untuk tidak bekerja dengan cara-cara yang dapat melupakan zikrullah, melalaikan shalat, melupakan zakat dan wafat.

Dalam kitab sucinya Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat ke-pada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS, al-Munafiqun, 63: 9).

Allah juga sejak dini mewanti-wanti untuk tidak terbuai dunia, tidak mencintai harta melebihi cinta kepada Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah. Allah sendiri tegaskan dalam firman-Nya: “Katakanlah, Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik" (QS at-Taubah: 24).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahilhamd,

Demikianlah, melalui ibadah puasa, Allah mengajak kita untuk menjadi khaira ummat, menjadi manusia yang gemar menolong sesama, cinta kasih dengan saudara, peduli memberdayakan tetangga, untuk menuju tatanan umat yang kuat, umat yang tidak mudah dipermainkan orang-orang yang tidak suka atas kemajuan Islam dan ummatnya.

Untuk itulah, pada pagi yang cerah dan penuh berkah ini, bersamaan dengan perpisahan melepas kepergian bulan yang agung itu, sebagai hadiah yang diberikan bulan pembersih itu, pagi ini seharusnya kita dapat memulai segalanya dalam suasana yang serba bersih tanpa noda apapun; tulus tanpa ganjalan ataupun hambatan. Dan besok sejatinya kita telah menuai hasil kesalihan individu maupun sosial sebagai buah ketaqwaan yang menjadi tujuan utama disyariatkannya puasa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd…

Akhirnya, di penghujung khutbah ini, dalam suasana bersih, suci, tulus dan ikhlas ini, marilah kita sejenak menundukan kepala, meluruskan motivasi, untuk bermunajat menyampaikan permohonan kepada Allah ‘Azza wajalla.

Ya Allah Tuhan Yang Maha Rahman,

Bangsa ini tengah menghadapi banyak ujian

Banyak di antara hamba-hamba-Mu yang kini masih merintih kelaparan

Kebodohan umat pun masih belum menemukan titik terang

Bahkan hak hidup sehat saja masih menjadi barang langka bagi kami

Karena itu beri kami wahai Tuhan Yang Maha Pemberi

Kekuatan iman dan keteguhan keyakinan; keperkasaan dan kesabaran

Agar kami dapat keluar dari himpitan nestapa dalam jalan yang Engkau bentangkan

Agar kami dapat sabar menerima apapun yang Engkau berikan

Agar kami tetap Engkau terima sebagai pengabdi yang istiqamah dengan ajaran-Mu dan rasul utusan-Mu.

 

Ya Rab Tuhan Yang Maha Perkasa,

Jika fitnah tidak bisa kami hindari

Jika kekerasan masih menjadi pilihan sebagian bangsa kami

Jika konflik terus menodai keutuhan ukhuwan di antara kami

Jika kejujuran masih asing di tengah kekuasaan para pemimpin kami

Tolonglah kami wahai Tuhan Yang Maha Penolong

Bentangkan hidayah dan rahmat-Mu kepada kami

Agar kami mampu menepis fitnah dan melunakkan nafsu kebinatangan yang selama ini masih kuat memenjara perilaku kami

 Curahkan kelembutan cahaya-Mu bagi para pemimpin kami

Bukakan pintu hati ketulusan bagi kami

Agar tidak terkurung dalam keserakahan yang dapat melupakan zat-Mu

Agar dzikir kepada-Mu tetap menjadi pakaian kami setiap waktu

 Ya Allah Yang Maha Rahiem,

Jadikan ramadhan dan iedul fitri ini sebagai momentum pengampunan bagi kami

Jangan Engkau jadikan ramadhan ini ramadhan yang terakhir bagi kami

Pertemukan kembali kami dengan bulan yang penuh maghfirah ini

 Ya Allah Yang Maha Pemaaf dan Maha Pengampun

Ampunilah semua dosa dan kesalahan kami,

Ampunilah semua dosa dan kesalahan Ayah dan Ibu kami,

Ampunilah semua dosa dan kesalahan semua Guru dan para Pemimpin kami,

Ampunilah semua dosa dan kesalahan orang-orang yang banyak berbuat baik kepada kami,

Ampunilah semua dosa dan kesalahan orang–orang yang pernah kami sakitai; orang-orang yang pernah kami dzalimi, khianati.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd…

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

 

*) Ketua MUI Kota Bandung, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jabar cum Ketua Dewan Pembina Sinergi Foundation.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement