REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengungkapkan ada wacana antarnegara berdekatan untuk saling membantu dalam mencegah atau menangani masuknya paham dan gerakan radikalisme di satu negara.
Wiranto ditemui di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (22/6), mengatakan wacana itu muncul menyusul terjadinya pergeseran basis ISIS ke Marawi Filipina. "Sudah ada satu wacana untuk saling membantu," kata dia, dilansir dari Antara.
Wiranto mencontohkan dia dengan Australia sudah bicara. Filipina dan Indonesia juga sudah berkomunikasi. "Banyak negara lain juga punya kepentingan terhadap munculnya basis teror di Marawi itu," kata Wiranto.
Ia menyebutkan kerja sama saling membantu itu atas dasar prinsip pada pertimbangan bahwa tidak mungkin satu negara itu sendirian melawan terorisme. "Presiden Duterte pun memberikan lampu hijau untuk mendapatkan bantuan dari negara lain," kata Wiranto.
Wiranto mengaku ada mekanisme dalam kerja sama itu. "Bantuan-bantuan, kerja sama dalam bentuk operasi-operasi militer tentu ada mekanismenya, prosedurnya," ujar dia.
Ia menyebutkan kerja sama tersebut digarap. Sejumlah menhan juga sudah ketemu untuk menggarap itu. "Nanti di Manado bulan Juli ada pertemuan enam negara Selandia Baru, Australia, Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Filipina juga akan berbicara masalah ini," kata Wiranto.
Menurut dia, kerja sama dalam menanggulangi masalah terorisme di kawasan Asia Tenggara merupakan sesuatu yang sangat wajar. "Semua perlu prosedur, Filipina punya prosedur, Indonesia punya prosedur, Malaysia punya prosedur. Masing-masing tentu akan menjaga prosedur itu," kata Wiranto.