REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sejumlah pengusaha dari Belanda, menyatakan keinginannya untuk menanamkan investasi di provinsi berbasis kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT). "Selain proyek Jembatan Palmerah di Flores Timur, ada sejumlah pengusaha Belanda yang ingin menanamkan investasi di NTT," kata kata juru bicara Tim Konsorsium Belanda, Latif Gau melalui surat elektronik, Sabtu (24/6).
Dia mengatakan, para pengusaha Belanda ini tertarik dengan beberapa potensi di NTT seperti pertanian, peternakan, pengairan dan textil (batik motif NTT) yang dikembangkan di riset Batik NTT di Lieden. Latif Gau mengatakan, telah meminta Pemerintah Provinsi NTT melalui Gubernur NTT Frans Lebu Raya untuk mempersiapkan potensi-potensi investasi yang bisa dikembangkan di wilayah itu.
"Nanti ada delapan pengusaha Belanda yang kami bawa ke NTT. Jadi selain pertanian, peternakan, pengairan dan textil, mungkin saja ada potensi lain yang diminati pengusaha Belanda," katanya.
Dia berharap, bahan-bahan tentang potensi ekonomi di NTT bisa diperoleh sebelum para pengusaha ke NTT pada akhir tahun ini. "Duta Besar Belanda berencanan ke NTT dan Larantuka dengan membawa delegasi business. Mungkin nanti pada saat ground breaking Jembatan pancasila Palmerah pada tanggal 20 Desember 2017, tetapi bahan-bahan bisa kami peroleh sebelum mereka ke NTT," katanya.
Mengenai pilihan ke NTT, dia mengatakan, para pengusaha Belanda memilih NTT sebagai salah satu daerah untuk pengembangkan bisnis karena Belanda akan melaksanakan investasi di sektor kemaritiman pertama di Indonesia dan lokasinya ada di NTT yakni Flores Timur.
Investasi yang dilakukan konsorsium Belanda itu, selain membangun jembatan Palmerah yang menghubungkan Pulau Flores dengan Adonara juga membangun pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Gonzalu.
"Jadi mungkin saja, para pengusaha merasa perlu menanamkan investasi di NTT, terutama di Pulau Flores yang nantinya bisa memanfaatkan listrik dari tenaga arus laut," kata Latif Gau.