REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj memaknai lebaran atau Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum untuk melakukan rekonsiliasi. Kiai Said mengajak semua untuk melupakan segala perselisihan masa lalu dan membuka lembaran baru.
Kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini mengatakan, setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, maka artinya umat Muslim telah berhasil menahan hawa nafsu serta ikhlas dalam menjalankan ibadahnya. Sebab, kata dia, tak akan bisa menjalani ibadah puasa tanpa ada keikhlasan.
"Setelah kita satu bulan ikhlas mau menahan hawa nafsu, maka saatnya kita meningkatkan hablumminallah dan hablumminannas dengan silaturahim. Mari rekonsiliasi, lupakan masa lalu dan tinggalkan yang sudah-sudah,\" kata dia.
Menurutnya, silaturahim di hari fitri adalah dengan mendoakan orang lain. Doa yang kerap diucapkan adalah minal aidzin wal faidzin, yakni doa untuk menjadi orang yang menang melawan godaan hawa nafsu. Saling memaafkan dan mendoakan di lebaran adalah momentum emas untuk merajut kembali benang-benang yang putus.
"Kalau sudah kita saling memaafkan, membawa kembali ukhuwah kita, Indonesia insya Allah menjadi negara yang kuat, bngsa kuat. Jadi tidak mudah terkena arus globalisasi, tidak mudah kena pengaruh baik ekstrim kanan maupun kiri, kita menjadi islam yang rahmatan lil alamin," ujar dia.