REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Dalam proses evakuasi di Kota Iligan, Tarhata Mustari menggendong anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Bayi ini pada awalnya diberi nama Marcial. Mustari melahirkan anaknya pada 23 Mei lalu, tepat saat teroris menguasai kota Marawi.
Ia menamai bayi itu Marcial sebagai tanda Presiden Rodrigo Duterte mendeklarasikan gencatan senjata di Mindanao. Namun, belakangan ia mengubah nama anak itu menjadi Sahir. Dalam bahasa Maranao, kata ini berarti “damai”. Ia berharap anak laki-lakinya akan mendapatkan kedamaian di masa mendatang.
"Sana lumaki siyang maging masigla, makapag-aral siya nang mabuti. Sana mahaba pa rin ang buhay naming lahat. (Ia akan tumbuh menjadi anak yang lincah, belajar dengan hati-hati. Ia akan berumur panjang seperti kita semua)," kata Mustari.
Meski demikian, nama Sahari belum dinyatakan legal. Mereka harus mendaftarkan nama itu untuk mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Marawi, sementara perang masih berlangsung. Saat ini, ada lebih dari 3.000 penduduk Marawi tinggal di lima pusat pengungsian di Kota Iligan.
Sedangkan 45.604 warga lain tinggal di rumah-rumah pengungsian. Di Barangai Buru, ada 269 warga dievakuasi. Pusat pengungsian terpadat ada di Santa Elena Gymnasium. 1.198 penduduk tinggal di sana.
Warga Marawi berharap agar konflik segera berakhir dan mereka bisa kembali ke rumah. Namun, juru bicara militer pekan lalu mengatakan operasi melawan kelompok Maute dan Abu Sayyaf masih akan memakan waktu. Setidaknya 280 tersangka teroris tewas. 69 tentara juga dikabarkan meninggal dunia. Perang ini juga menyebabkan 26 warga sipil meninggal.